MAKALAH FILSAFAT MANUSIA



MAKALAH FILSAFAT MANUSIA
“KEHIDUPAN”

Dosen Pengampu : Ibu Widyastuti





Tugas Kelompok
Disusun oleh :

1. Muhammad Iqbal Khamdi 1507016004
2. Lina Aprilia 1507016016
3. Syarif Hidayatulah 1507016019





FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2015






BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia diciptakan sebagai ciptaan Tuhan (Animal Religiosum). Secara bahasa manusia berasal dari kata manu dan mens, yang berarti berpikir dan berakal budi. Manusia dapat diartikan sebagai makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Bukti paling kongkrit yaitu manusia memiliki kemampuan intelegesi dan daya nalar sehingga manusia mampu berifikir, berbuat, dan bertindak untuk membuat perubahan dengan maksud pengembangan sebagai manusia yang utuh. Kemampuan seperti itulah yang tidak dimiliki oleh makhluk Tuhan lainnya. Dalam kaitannya dengan perkembangan individu, manusia dapat tumbuh dan berkembang melalui suatu proses alami menuju kedewasaan baik itu bersifat jasmani maupun bersifat rohani.


B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana munculnya konsep ciptaan Tuhan diabad pertengahan?
2. Apa arti konsep ciptaan Tuhan?
3. Bagaimana pandangan filusuf?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Abad Pertengahan

Filsafat Yunani mengalami kemegahan dan kejayaan dengan hasil yang sangat gemilang, yaitu melahirkan peradaban Yunani. Menurut pandangan sejarah filsafat, dikemukakan bahwa peradaban Yunani merupakan titik tolak peradaban manusia di dunia. Maka pandangan sejarah filsafat dikemukakan manusia di dunia. Selanjutnya adalah warisan peradaban Yunani jatuh ke tangan kekuasaan Romawi. Kekuasaan Romawi memperlihatkan kebesaran dan kekuasaan hingga daratan Eropa (Britania), tidak ketinggalan pula pemikiran filsafat Yunani juga ikut terbawa. Hal ini berkat peran Caesar Augustus yang menciptakan masa kemasan kesusastraan Latin, kesian, dan arsitektur Romawi. Setelah filsafat Yunani sampai ke daratan Eropa, di sana mendapatkan lahan baru dalam petumbuhan. Karena bersamaan dengan agama kristen, filsafat Yunani berintegrasi dengan agama Kristen, sehingga membentuk suatu formasi baru. Maka, muncullah filsafat Eropa yang sesungguhnya sebagai pejelmaan filsafat Yunani setelah berintegrasi dengan agama Kristen.
Di dalam masa pertumbuhan dan perkembangan filsafat Eropa (kira-kira selama 5 abad) belum memunculkan ahli pikir (filosof), akan tetapi setelah abad ke-6 Masehi, muncullah para ahli pikir yang mengadakan penyelidikan filsafat. Jadi, filsafat Eropa yang mengawali kelahiran filsafat barat abad pertengahan. Filsafat Barat Abad Pertengahan (467 – 1492) juga dapat dikatakan sebagai abad gelap. Pendapat ini disarankan pada pendekatan sejarah gereja. Memang pada saat itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia sehingga manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Para ahli pikir pada saat itu pun tidak memiliki kebebasan berfikir. Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja, orang yang mengemukakan akan mendaptkan hukuman berat. Pihak gereja melarang diadakannya penyelidikan-penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama. Karena itu, kajian tentang agama/teologi yang tidak berdasarkan ketentuan gereja akan mendapatkan larangan yang ketat. Yang berhak mengadakan penyelidikan terhadap agama hanyalah gereja. Walaupun demikian, ada juga yang melanggar larangan tersebut dan mereka dianggap orang murtad dan kemudian diadakan pengejaran (inkusisi).
Masa Abad Pertengahan ini terbagi menjadi dua masa :
a. Masa Parastik
Istilah parastik berasal dari kata Latin pater atau bapak, yang artinya para pemimpin gereja. Para pemimpin gereja ini dipilih dari golongan atas dan atau golongan ahli pikir. Dari golongan ahli pikir inilah menimbulkan sikap yang beragam pemikirannya. Mereka ada yang menolak filsafat Yunani dan ada yag menerimanya. Bagi mereka yang menolak, alasanya karena beranggapan bahwa sudah mempuyai sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, dan tidak dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran yang lain seperti dari filsafat Yunani. Bagi mereka yang yang menerima sebagai alasannya beranggapan bahwa walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, tetapi tidak ada jeleknya menggunakan filsafat Yunani hanya diambil metodosnya saja (tata cara berfikir). Juga, walaupun filsafat Yunani sebagai kebenaran manusia, tetapi manusia juga sebagai ciptaan Tuhan. Jadi, pada masa inilah mulai muncul konsep manusia sebagai ciptaan Tuhan.
b. Masa Skolatik
Istilah Skolatik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan skolastik merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan. Pertama, filsafat skolatik mempunyai corak semata-mata agama. Skolatik ini sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius. Kedua, filsafat skolatik termasuk filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berfikir, sifat ada, kejasmanian, kehormatan, baik dan buruk. Dari rumusan tersebut kemudian muncul istilah skolastik Yahudi, skolastik Arab dan lain-lainnya. Dan yang ketiga, filsafat skolastik merupakan filsafat Nasrani karena banyak diperngaruhi oleh ajaran gereja.


B. Arti Konsep Ciptaan Tuhan
Dalam kondisi sosial tertentu, tidak sedikit manusia yang melupakan faktor ketuhanan sehingga mereka menjadi ateis. Utamanya bagi penganut materialisme yang mempercayai bahwa segala sesuatu berasal dari benda. Tidak ada unsur spiritual yang membuat benda itu tercipta. Hal ini bertolak belakang dengan ajaran agama-agama di dunia yang mengatakan sumber segala sumber ialah Tuhan.
Tuhan diwujudkan sebagai objek pengabdian makhluk di dalam agama. Sebagai orang yang percaya adanya Tuhan, mansia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan-Nya melalui ajaran spiritual kepercayaan masing-masing yang dianut. Antara satu agama dengan yang lain ternyata mempunyai kesamaan di tiga tititk simbiolis tersebut di atas. Islam, Kristen, Katolik. Hindu, Budha dan Konghucu sebagai agama yang dibenarkan di dalam Indonesia masing-masing memiliki metode tersendiri. Dalam hal ketuhanan setiap agama memiliki penyembahan yang berbeda-beda.
Agama, apapun itu pasti mengajarkan hubungan kepada Tuhan sebagai hubungan yang dinomor-satukan. Ini tidak berarti mengutamakan hubungan ketuhanan dan memandang remeh hubungan-hubungan yang lain. Namun ketiga hubungan sebagai manusia perlu dijalankan secara bersamaan. Hanya saja hubungan kepada Tuhan hendaknya dijadikan patokan untuk berhubungan dengan dua yang lain. Dengan cara selalu ingat bahwa manusia dan alam merupakan ciptaan Tuhan. Sebagai manusia perlu adanya interaksi kepada semua makhluk agar kearifan kehidupan dapat berjalan sebagaimana mestinya.

C. Pandangan Filusuf
1.Thomas Aquinas
Thomas Aquinas mengakui kemampuan manusia untuk mengenal adanya Allah. Menurut Thomas Aquinas Allah tidak dapat dikenali secara langsung tetapi hanya dapat dikenal melalui ciptaan-ciptaan-Nya. Dalam Summa Theologiae Thomas Aquinas memberi lima bukti adanya Allah yang disebunya sebagai “lima jalan” (quinque viae). Bukti ini bertitik tolak pada dunia jasmani untuk mencari penyebab perubahan samapai pada yang tak terhingga. Dari penyebab-penyebab yang ada kita akan menemukan penyebab pertama yang akhirnya kita sebut Allah  sebagai penggerak yang tidak digerakan (unmover mover).
Jalan pertama sampai jalan ketiga disebut sebagai argumen kosmologis. Hal ini bertolak dari satu aspek dunia ini (kosmos).

1. Adanya gerak di dunia mengharuskan kita menerima bahwa ada Penggerak Pertama, yaitu Allah. Menurut Thomas, apa yang bergerak tentu digerakkan oleh sesuatu yang lain. Seandainya sesuatu yang digerakkan itu menggerakkan dirinya sendiri, maka yang menggerakkan diri sendiri itu harus juga digerakkan oleh sesuatu yang lain, sedang yang menggerakkan ini juga harus digerakkan oleh sesuatu yang lain lagi. Gerak menggerakkan ini tidak dapat berjalan tanpa batas. Maka harus ada penggerak pertama. Penggerak Pertama ini adalah Allah.

2.  Di dalam dunia yang diamati ini terdapat suatu tertib sebab-sebab yang membawa hasil atau yang berdayaguna. Tidak pernah ada sesuatu yang diamati yang menjadi sebab yang menghasilkan dirinya sendiri. Karena sekiranya ada, hal yang menghasilkan dirinya itu tentu harus mendahului dirinya sendiri. Hal ini tidak mungkin, sebab yang berdaya guna, yang menghasilkan sesuatu yang lain itu, juga tidak dapat ditarik hingga tiada batasnya. Oleh karena itu, harus ada sebab berdayaguna yang pertama, inilah Allah.

3. Di dalam alam semesta terdapat hal-hal yang mungkin “ada” dan “tidak ada”. Oleh karena itu semuanya itu tidak berada sendiri, tetapi diadakan, dan oleh karena itu semuanya itu juga dapat rusak, maka ada kemungkinan semuanya itu “ada”, atau semuanya itu “tidak ada”. Tentu tidak mungkin semuanya itu senantiasa “ada”. Sebab apa yang mungkin “tidak ada” pada suatu waktu memang tidak ada. Karena segala sesuatu memang mungkin “tidak ada”, maka pada suatu waktu mungkin saja tidak ada sesuatu. Jikalau pengandaian ini benar, maka sekarang juga mungkin tidak ada sesuatu. Padahal apa yang tidak ada hanya dapat dimulai berada jikalau diadakan oleh sesuatu yang telah ada. Jikalau segala sesuatu hanya mewujudkan kemungkinan saja, tentu harus ada sesuatu yang “adanya” mewujudkan suatu keharusan. Padahal sesuatu yang adanya adalah suatu keharusan, “adanya” itu dapat disebabkan oleh sesuatu yang lain, atau berada sendiri. Seandainya sesuatu yang adanya adalah suatu keharusan disebabkan oleh sesuatu yang lain, sebab-sebab itu tak mungkin ditarik hingga tiada batasnya. Oleh karena itu, harus ada sesuatu yang perlu mutlak, yang tak disebabkan oleh sesuatu yang lain. Inilah Allah.

4. Jalan keempat disebut sebagai argumen ontologis karena bertolak dari yang ada.
Diantara segala yang ada terdapat hal-hal yang lebih atau kurang baik, lebih atau kurang benar, dan lain sebagainya. Apa yang disebut kurang baik, atau lebih baik, itu tentu disesuaikan dengan sesuatu yang menyerupainya, yang dipakai sebagai ukuran. Apa yang lebih baik adalah apa yang lebih mendekati apa yang terbaik. Jadi, jikalau ada yang kurang baik, yang baik dan yang lebih baik, semuanya mengharuskan adanya yang terbaik. Demikian juga halnya dengan yang kurang benar, yang benar dan yang lebih benar dan lain sebagainya. Dari ini semua dapat disimpulkan, bahwa harus ada sesuatu yang menjadi sebab dari segala yang baik, segala yang benar, segala yang mulia, dan sebagainya. Yang menyebabkan semuanya itu adalah Allah.

5. Jalan kelima disebut argument teleologis karena bertolak dari aturan alam semesta dan tujuan dari aturan itu (telos). Kelima jalan tersebut saling melenggkapi dalam membuktikan adanya Allah. Segala sesuatu yang tidak berakal, misalnya: tubuh alamiah, berbuat menuju kepada tujuannya. Hal ini tampak dari caranya segala sesuatu yang tidak berakal tadi berbuat, yaitu senantiasa dengan cara yang sama untuk mencapai hasil yang terbaik. Dari situ terlihat bahwa perbuatan tubuh bukanlah perbuatan kebetulan, semuanya diatur oleh suatu kekuatan, semuanya itu menuju pada “akhir”. Jika tidak diarahkan oleh suatu “tokoh yang berakal”, maka semua perbuatan tubuh tidak mungkin memperoleh ilmu pengetahuan. Kekuatan yang mengarahkan itu adalah Allah.



Bukti-bukti di atas memang dapat menunjukkan bahwa ada pencipta yang menyebabkan adanya segala sesuatu. Pencipta yang berada karena diri-Nya sendiri. Akan tetapi semuanya itu tidak dapat secara riil dapat membuktikan kepada kita mengenai hakekat Allah. Melalui bukti-bukti penciptaan-Nya kita mengetahui, bahwa Allah itu ada.
Bukti-bukti yang dikemukakan Thomas didasarkan atas premis yang sama. Argumen kosmologi sering juga dinamakan argumen sebab pertama. Ia adalah suatu argumen deduktif yang mengatakan bahwa apa saja yang terjadi mesti mempunyai sebab, dan sebab itu juga mempunyai sebab dan seterusnya.
Rangkaian sebab-sebab mungkin tanpa ujung atau mempunyai titik permulaan dalam sebabnya yang pertama. Aquinas mengeluarkan kemungkinan adanya rangkaian sebab pertama yang kita namakan Tuhan. Bagi Thomas, argumen kosmologi tentang eksistensi Tuhan adalah sesuatu yang penting.
Menurutnya, sebagai makhluk yang berakal, kita harus membedakan antara ciri-ciri yang aksidental dan ciri-ciri yang esensial tentang realitas, atau antara objek-objek yang bersifat sementara dan objek-objek yang bersifat permanen. Tiap-tiap kejadian antara perubahan memerlukan suatu sebab, dan menurut logika, kita harus kembali ke belakang, kepada sebab yang berada sendiri, tanpa sebab atau kepada Tuhan yang berdiri sendiri. Oleh sebab itu, Tuhan bersifat imanen dalam alam, ia prinsip pembentuk alam. Tuhan adalah syarat bagi perkembangan alam yang teratur serta sumber dan dasarnya yang permanen.

2.Anselmus
Kunci argumen Anselmus tentang adanya Tuhan ialah pernyataanya yang mengatakan bahwa apa yang kebesarannya tak terpikirkan, tidak mungkin hanya ada di dalam pikiran.Tuuhan itu kebesaran-Nya tak terpikirkan .Itu tidak mungkin hanya ada dalam pikiran.Ia itu juga ada dalam kenyataan.
Mengenai sifat Tuhan, ia menyebutkan Tuhan bersifat esa,kekal,baik,sempurna.Tuhan tidak berada di ruang dan waktu, tetapi segala sesuatu berada di dalam Tuhan.



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan 

Filsafat Barat Abad Pertengahan (467 – 1492) juga dapat dikatakan sebagai abad gelap. Pendapat ini disarankan pada pendekatan sejarah gereja. Memang pada saat itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia sehingga manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Pihak gereja melarang diadakannya penyelidikan-penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama. Masa Abad Pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu masa parastik dan masa skolatik.
Menurut Thomas Aquinas Tuhan bersifat imanen dalam alam, ia prinsip pembentuk alam. Tuhan adalah syarat bagi perkembangan alam yang teratur serta sumber dan dasarnya yang permanen.
Menurut Anselmus tentang adanya Tuhan ialah pernyataanya yang mengatakan bahwa apa yang kebesarannya tak terpikirkan, tidak mungkin hanya ada di dalam pikiran.Tuuhan itu kebesaran-Nya tak terpikirkan


DAFTAR ISI

Hardiwijoyo ,Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat 1. 1993. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Abidin ,Zainal.Filsafat Manusia, Mengenal Manusia dengan Filsafat.2006. Bandung:PT Rosda Remaja
Tafsir, Achmad. Filsafat Umum,Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra.1990. Bandung: PT Rosda Remaja,
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Kepribadian Psikoanalisis menurut Karen Horney dan Teori Kepribadian Psikoanalisis menurut Harry Stack Sullivan

MAKALAH ATRIBUSI

MAKALAH HIERARKI KEBUTUHAN MASLOW