MAKALAH HIERARKI KEBUTUHAN MASLOW



I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah Psikologi humanistik diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerjasama dibawah kepemimpinan Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisa dan behaviorisme. Sekelompok ahli tersebut memiliki pandangan yang berbeda, tetapi mereka berpijak kepada konsepsi fundamental yang sama mengenai manusia yang berakar pada salah satu aliran filsafat modern, yakni Eksistensialisme. Eksistensialisme menolak paham yang menempatkan manusia semata-mata sebagai hasil bawaan ataupun lingkungan.
Banyak sekali teori yang mengemukakan tentang kepribadian, akan tetapi dalam pembahasan makalah ini hanya akan membahas mengenai teori kepribadian Humanistic Abraham Maslow, dan Carl Rogers. Dalam pandangan Humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka. Aliran Humanistik menyumbangkan arah yang positif dan optimis bagi pengembangan potensi manusia, disebut sebagai yang mengembalikan hakikat psikologi sebagai ilmu tentang manusia. Maslow menekankan bahwa individu merupakan kesatuan yang terpadu dan terorganisasi. Sedangkan Rogers sangat kuat memegang asumsinya bahwa manusia itu bebas, rasional, utuh, mudah berubah, subjektif, proaktif, heterostatis, dan sukar dipahami.


B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hirarki kebutuhan menurut Maslow?
2. Bagaimana organisasi kepribadian menurut Maslow?
3. Bagaimana dinamika kepribadian menurut Rogers?
4. Bagaimana perkembangan kepribadian menurut Rogers?


II. PEMBAHASAN
A. Hierarki Kebutuhan Maslow
Hierarki kebutuhan Maslow merupakan salah satu teori motivasi paling terkenal. Dalam bukunya yang berjudul “Motivation and personality (1954)”, Maslow menggolongkan kebutuhan manusia itu pada lima tingkat kebutuhan, yaitu : 
1. Kebutuhan-kebutuhan yang bersifat fisiologis
Kebutuhan-kebutuhan fisiologis ( phsysiological needs ) adalah sekumpulan kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasannya karena berkaitan langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup.
Yang paling dasar, paling kuat, dan paling jelas diantara segala kebutuhan manusia adalah kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan makan, minum, tempat berteduh, oksigen, dan sebagainya. Maslow berpendapat, keyakinan kaum behavioris bahwa kebutuhan-kebutuhan fisiologis memiliki pengaruh yang besar pada tingkah laku manusia hanya dapat dibenarkan sejauh kebutuhan-kebutuhan itu tidak terpuaskan. Selanjutnya, jika pada gilirannya kebutuhan-kebutuhan ini telah pula dipuaskan, lagi-lagi muncul kebutuhan-kebutuhan baru (lebih tinggi lagi), dan begitu seterusnya. Menurut Maslow, selama hidupnya, praktis manusia selalu mendambakan sesuatu.

2. Kebutuhan akan rasa aman (safety needs)
Apabila kebutuhan fisiologis individu telah terpuaskan, maka dalam diri individu akan muncul satu kebutuhan lain sebagai kebutuhan yang dominan dan menuntut pemuasan, yakni kebutuhan akan rasa aman (need for self-security). Yang dimaksud oleh Maslow dengan kebutuhan akan rasa aman ini adalah sesuatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungannya. Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan akan rasa aman ini sangat nyata dan bisa diamati pada bayi dan anak-anak karena ketidakberdayaan mereka.
Pada dasarnya, kebutuhan rasa aman ini mengarah kepada 2 bentuk, yaitu : Kebutuhan keamanan jiwa dan Kebutuhan keamanan harta.
Kebutuhan rasa aman muncul sebagai kebutuhan yang paling penting kalau kebutuhan psikologis telah terpenuhi. Ini membutuhkan kebutuhan perlindungan, keamanan, hukum, kebebasan dari rasa takut dan cemas. Karena adanya kebutuhan inilah maka manusia menciptakan peraturan, undang-undang, mengembangkan kepercayaan dan sebagainya.

3. Kebutuhan cinta memiliki-dimiliki
Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki (need for love and belongingness) ini adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan afektif atau ikatan emosional dengan individu lain, baik dengan sesama jenis maupun dengan yang berlainan jenis, di lingkungan keluarga ataupun di lingkungan kelompok di masyarakat. Bagi individu-individu, keanggotaan dalam kelompok sering menjadi tujuan yang dominan, dan mereka bisa menderita kesepian, terasing dan tak berdaya apabila keluarga, pasangan hidup, atau teman-teman meninggalkannya.  
Kebutuhan untuk memiliki dan mencintai, muncul ketika kebutuhan sebelumnya telah dipenuhi secara rutin. Orang butuh dicintai dan pada gilirannya butuh menyatakan cintanya. Cinta disini berarti rasa sayang dan rasa terikat antara orang satu dan lainnya, lebih-lebih dalam keluarga sendiri. Diluar keluarga, misalnya teman sekerja, teman sekelas, dan lain-lain. Seseorang ingin agar dirinya disetujui dan diterima.

4. Kebutuhan penghargaan
Pemenuhan kebutuhan penghargaan menjurus pada kepercayaan terhadap diri sendiri dan perasaan diri berharga. Kebutuhan akan sering kali diliputi frustasi dan konflik pribadi karena yang diinginkan orang bukan saja perhatian dan pengakuan dari kelompoknya, melainkan juga kehormatan dan status yang membutuhkan standar sosial, moral dan agama. Seseorang yang memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri serta lebih mampu dan selanjutnya lebih produktif.

5. Kebutuhan aktualisasi diri
Kebutuhan akan aktualisasi diri atau mengungkapkan diri merupakan kebutuhan manusia yang paling tinggi dalam teori Maslow. Kebutuhan ini akan muncul apabila kebutuhan-kebutuhan dibawahnya sudah terpuaskan dengan baik. Maslow menandai kebutuhan akan aktualisasi diri sebagai hasrat individu untuk menjadi seseorang yang sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya.(Sobur Alex, 2003:274)

Meta kebutuhan dari Maslow 
1. kebenaran
2. kebaikan
3. keindahan/ kecantikan
4. keseluruhan (kesatuan) / integrasi
5. dikhotomi – transendensi
6. berkehidupan
7. keunikan
8. kesempurnaan
9. keniscayaan
10. penyelesaian
11. keadilan
12. keteraturan
13. kesederhanaan
14. kekayaan
15. tanpa susah payah
16. bermain
17. mencukupi diri sendiri
(Sarwono Sarlito, 2000:171)

B. Organisasi Kepribadian
Sindrom Kepribadian
Unit utama dari kepribadian adalah sindrom kepribadian (personality syndrome): senjumlah sifat-sifat yang berbeda (tingkahlaku,persepsi, fikiran, dorongan untuk berbuat, dll.) yang terorganisir dan berhubungan satu sama lain.
Maslow meneliti tiga sindrom yang terpenting, yakni sindrom harga diri (self esteem), sindrom keamanan (security), dan sindrom kecerdasan (intelectual). Penelitian dilakukan dengan menggukan metoda holistik-analitik.

Kekurangan dan menjadi (deficiency – being)
Menurut maslow, orang berhubungan dengan dunia luar dalam dua bentuk, alam-kekurangan  dan alam menjadi. Alam kekurangan atau D-realm adalah D-need, D-love, dll (D =deficiency=kekurangan.) dapat dikategorikan kegiatan memuaskan kebutuhan dasar unuk bertahan hidup – orang akan berusaha mengatasi kebutuhan makan, minum,istirahat.  Alam menjadi, atau B-realm adalam B-need, B-love, dan B – lainnya (B = being = menjadi.) adalah  hubungan orang dengan dunia luarnya sesudah kebutuhan dan motiv dasar terpenuhi. Orang kemudian telibat dalam mengembangkan aktualisasi diri dan memperluas eksistensi.
Sebagai tambahan untuk membedakan motiv/kebutuhan D dengan B, maslow membedakan menjadi dua, D-cognition dengan B-cognition. B-kognisi lebih diharapkan tetapi dapat membuat orang hanya memikirkan diri sendiri dan tidak memikirkan orang lain. Dan hal tersebut menurut maslow tidak baik.
Neurotik
Menurut maslow, manusia itu lahir dengan keinginan dasar berkembang sehat, bergerak menuju aktualisasi diri. Gagal dalam mengembangkan keinginan dasar itu kan menimbulkan neurosis dan perkembangan abnormal.
Penderita neurotic adalah orang yang terhalang atau menghalangi diri sendiri dari memperoleh kepuasan kebutuhan dasar mereka sendiri. Halangan itu menghentikan gerak maju menuju aktualisasi diri. Jika orang tidak mempunyai makanan dan tempat tinggal, mereka tidak akan mencapai perkembangan potensi psikologis sepenuhnya. Individu yag merasa terancam dan tidak nyaman akan memiliki kepercayan diri dan harga diri yang rendah.
Psikoterapi
Menurut maslow, kepuasan kebutuhan dasar hanya dapat terjadi melalui hubungan interpersonal, karena itu terapi harus bersifat interpersonal. Suasana terapi  harus melibatkan rasa jujur, saling percaya dan tidak difensif. Suasana itu juga mengijinkan ekspresi yang kekanak-kanakan dan memalukan.  Ekspresi kelemahan diri ini akan terjadi kalau hubungan terapi mendukung. Dalam suasana yang demokratis, terapis harus memberi klien penghargaan, cinta dan perasaan bahwa klien itu berada dalam alur perkembangan yang benar. Hubungan teraputik bukan hanya dibangun melalui cintay ang diberikan kepada kliaen, tetapi juga ekspresi cinta dna afeksi dari klien kepada perapisnya. Klien secara umum didorong untuk menampilkan nilai-nilai yang berhubungan dengan perkembangan positif. Ia didorong untuk berani membuka diri, belajar memahami lebih lanjut mengenai kompleksitas kehidupan manusia.

C. Dinamika Kepribadian
Rogers meyakini bahwa manusia dimotivasi oleh kecenderungan atau kebutuhan untuk mengaktualisasikan, memelihara, dan meningkatkan dirinya. Kebutuhan ini bersifat bawaan sebagai dasar kebutuhan jiwa manusia, yang meliputi kebutuhan fisik dan psikis. Sebenarnya manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan lainnya namun itu semua tunduk kepada kebutuhan yang satu ini. Kebutuhan lainnya itu adalah “positive regard of others” dan “self regard”. Kedua kebutuhan ini bersifat dipelajari mulai usia dini, yaitu ketika bayi mendapat curahan cinta kasih, perawatan, dan” possitive regard” (penghargaan yang positif) dari orang lain (terutama orang tua).
Dengan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan fisik seperti makan dan minum, serta mempertahankan organisme dari serangan luar, mak motif aktualisasi diri memelihara organisme agar tetap survive. Disamping itu juga motif aktualisasi ini berfungsi untuk mendorong perkembangan manusia melalui diferensiasi organ-organ fisik, perkembanga fungsi-fungsi psikis, dan pertumbuhan seksual masa remaja.

D. Perkembangan kepribadian
Rogers (Yusuf Syamsu, 2007:147) tidak mengemukakan tahapan (stages) dalam perkembangan kepribadian. Dia lebih tertarik kepada cara-cara orang lain (orang tua) menilai anak, atau sikap dan perlakuan orang tua (terutama ibu) terhadap anak. Jika orang tua tidak mencurahkan “positive regard” (penerimaan, dan cinta kasih) bahkan menampilkan sikap penolakan terhadap anak, maka kecenderungan bawaan anak untuk mengaktualisasikan dirinya menjadi terhambat. Anak mempersepsi penolakan orang tua terhadap tingkah lakunya sebagai penolakan terhadap perkembangan “self concept” nya yang baru. Apabila hal itu sering terjadi, anak akan mogok untuk berusaha menngaktualisasikan dirinya.
Secara ideal, anak mendapat kasih sayang dan penerimaan yang cukup pada setiap saat dari orang lain (orang tua). Kondisi ini disebut ‘uncoditional positive regard”. Kondisi ini mengimlikasikan bahwa cinta kasih ibu kepada anak tidak diberikan secara konditional, tetapi secara bebas dan penuh.
Secara gradual atau berangsur-angsur “positive regard” akan menjadi lebih mempribadi daripada yang berasal dari orang lain. Kondisi ini oleh Rogers dinamakan “positive self regard” . kondisi ini menjadi sekuat kebutuhan seseorang akan “positive regard” dari orang lain yang mungkin dapat dipuaskan dalam cara yang sama. Contoh: seorang anak yang mendapat peghargaan dari ibunya dengan cinta kasih, dan penerimaan ketika dia menjadi periang dapat menghasilkan “positive self regard”  kapan saja dia berprilaku menjadi periang. Dengan demikian anak mulai menghargai dirinya sendiri.
Standar pertimbangan eksternal (dari orang tua ) untuk menghargai atau menolaksuatu perilaku menjadi mempribadi pada diri anak, sehingga dia akan menghukum dirinya apabila dia melakukan sesuatu yang orang tua pun menghukumnya. Anak menginternalisasi norma atau standar orang tua dalam mempertimbangkan apakah dirinya berharga tau tidak berharga, baik atau buruk . Apabila orang tua mengembangkan kondisi yang tidak menghargai anak, maka anak akan terhambat untuk mengembangkan aktualisasi dirinya.
Anak yang dikembangkan dalam suasana yang “unconditional positive regard” akan mampu mengembangkan aktualisasi dirinya atau menjadi orang yang berfungsi penuh (fully functioning person). Menurut Rogers “fully functioning person” ini merupakan tujuan dari perkembangan seseorang. Orang yang telah mencapai “fully functioning person” ini memilki karakteristik pribadi sebagai berikut (Yusuf Syamsu, 2007:148) :
a) Memiliki kesadaran akan semua pengalaman. Tidak ada pengalaman yang ditolak, semuanya disaring melalui self. Bersikap terbuka baik terhadap perasaan yang positif (seperti keteguhan dan kelembutan hati), dan perasaan yang negatif (seperti rasa takut dan sakit).
b) Mengalami kehidupan secara penuh dan pantas pada setiap saat. Berpartisipasi dalam kehidupan bukan sebagai pengamat.
c) Memilki rasa percaya kepada dirinya sendiri, seperti dalam mereaksi atau merespon sesuatu. Dalam arti, dia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan sendiri berdasarkan data pengalaman yang diperoleh.
d) Memiliki perasaan bebas untuk memilih tanpa hambatan apapun. Dia memahami bahwa masa depannya bergantung pada kegiatan atau aktivitasnya sendiri, bukan ditentukan oleh orang lain atau masa lalu.
e) Menajalani kehidupan secara konstruktif dan adaptif terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan, serta berpikir kreatif.


III. PENUTUPAN
Kesimpulan
Organisme akan selalu bertingkah laku sebagai kesatuan yang utuh, bukan sebagai rangkaian bagian atau komponen yang berbedaorganisme mengaktualisasikan dirinya menurut garis-garis yang diletakkan oleh hereditas, ketika organisme itu matang maka ia makin berdiferensiasi, makin luas, makin otonom, dan makin tersosialisasikan, pribadi yang berfungsi utuh adalah individu yang memakai kapasitas dan bakatnya, merealisasi potensinya, dan bergerak menuju pemahaman yang lengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang pengalamannya.






DAFTAR PUSTAKA

Sarwono, Sarlito W., Berkenalan Dengan Aliran-Aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi, Jakarta : PT.  Bulan Bintang, 2000.
Sobur, Alex, Psikologi Umum, Bandung : CV. Pustaka Setia, 2003.

Yusuf, Samsu. 2007. Teori Kepribadian. Bandung : Rosda Karya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Kepribadian Psikoanalisis menurut Karen Horney dan Teori Kepribadian Psikoanalisis menurut Harry Stack Sullivan

MAKALAH ATRIBUSI