MAKALAH TEORI SOSIAL DAN TEORI BEHAVIORISTIK



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (Stimulus-Respon).
Teori belajar kognitif sosial merupakan suatu teori belajar yang  lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Menurut teori ini, Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Menurut aliran kognitif, belajar merupakan proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung.
Perubahan perilaku seseorang yang tampak sesungguhnya hanyalah refleksi dari perubahan internalisasi persepsi dirinya terhadap sesuatu yang sedang diamati dan dipikirkannya. Sedangkan fungsi stimulus yang datang dari luar direspons sebagai aktivaktor kerja memori otak untuk membentuk dan mengembangkan struktur kognitif melalui proses asimilasi dan akomodasi yang terus-menerus dipperbarui, sehingga akan selalu saja ada sesuatu yang baru dalam memori dari setiap akhir kegiatan belajar. 


B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian teori behavioristik, dan apa pengertian teori kognitif sosial ?
2. Bagaimana analisis tentang teori behavioristik?
3. Bagaimana prinsip teori pembelajaran behavioristik menurut BF. Skiner?
4. Bagaimana analisis teori kognitif sosial atau belajar sosial menurut Albert Bandura?
5. Apa Kelebihan dan kelemahan dari kedua teori tersebut serta bagaimana bagaimana aplikasi kedua teori tersebut ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori behavioristik Skiner
1. Pengertian teori belajar behavioristik
Teori behavioristik adalah teori beraliran behaviorisme yang merupakan salah satu aliran psikologi. Teori belajar behavioristik ini dikenal dengan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil daripengalaman. Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Dengan kata lain belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Misalnya; siswa belum dapat dikatakan berhasil dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial jika dia belum bisa/tidak mau melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan sosial seperti; kerja bakti, ronda dll.
Menurut teori ini yang terpenting adalah :
1. Masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya alat perkalian, alat peraga, pedoman kerja atau cara-cara tertentu untuk membantu belajar siswa, sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru tersebut. Teori ini juga mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
2. Penguatan (reinforcement).
Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Misalnya, ketika peserta didik diberi tugas oleh guru, ketika tugasnya ditambahkan maka ia akan semakin giat belajarnya, maka penambahan tugas tersebut merupakan penguatan positif dalam belajar, begitu juga sebaliknya.
Prinsip-prinsip behaviorisme adalah :
1. Objek psikologi adalah tingkah laku
2. Semua bentuk tingkah laku dikemalikan kepada reflek
3. Mementingkan terbentuknya kebiasaan.

2. Analisis tentang teori behavioristik menurut Skinner
Skinner adalah seorang yang berkebangsaan Amerika yang dikenal sebagai seorang tokoh behavioris yang meyakini bahwa belajar merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif, yakni bahwa sebagai akibat belajar adanya sifat progresifitas, adanya tadensi ke arah yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Teori yang dikembangkan Skinner terkenal dengan “Operan Conditioning”, yaitu bentuk belajar yang menekanlakan respon-respon atau tingkah laku yang sukarela dikontrol oleh konsekuennya.
Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan. Menagement kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yang tidak tepat.
Dalam eksperimennya skinner berkesimpulan bahwa “operant coditional” lebih banyak membentuk tingkah laku manusia dari pada “classical conditioning” karena kebanyakan respon-respon manusia lebih bersifat disengaja daripada yang reflektif. Skinner mengemukakan bahwa organisme cenderung mengulangi respon yang diikuti oleh konsekuen(dampak) yang menyenangkan,  dan mereka cenderung tidak mengulang respon yang berdampak netral atau yang tidak menyenangkan.
Teori behaviouristik antara lain:
1. Reinforcemen dan Punishment
2. Primari dan secondary reinforcemen
3. Schedule of reinforcement
4. Contingency managermen
5. Stimulus control in operant learning
6. The elimination of responses
Teori Skinner paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar Behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-fktor penguat  merupakan program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh skinner. 
Menurut skinner berdasarkan percobaanya terhadap tikus dan burung merpati unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah penguatan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respond akan semakin kuat bila diberi penguatan ( penguatan positif dan penguatan negatif). Bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Sedangkan bentuk penguatan negatif adalah antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan, atau menunjukkan perilaku tidak senang. Skinner tidak percaya pada asumsi yang dikemukakan Guthrie bahwa hukuman memegang peranan penting dalam proses pelajar.
Hal tersebut dikarenakan menurut Skinner :
1. Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara.
2. Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa terhukum) bila hukuman berlangsung lama.
3. Hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar  ia terbebas dari hukuman.
4. Hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk dari pada kesalahan pertama yang diperbuatnya. Skinner lebih percaya dengan apa yang disebut penguatan baik negatif maupun positif.
Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif. Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang pebelajar perlu dihukum karena melakukan kesalahan.
Jika pebelajar tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan pebelajar (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong pebelajar untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut penguatan negatif.

3. Prinsip teori pembelajaran behavioristik
Skinner juga memuat dalam bukunya tentang prinsip-prinsip behavioristik, berikut ini prinsip yang dikemukakan oleh skinner dalam bukunya yang berjudul The Behavior of Organism.
Beberapa prinsip Skinner :
1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.
2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4. Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah, untukmenghindari adanya hukuman.
5. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri.
6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variabel Rasio rein forcer.
7. Dalam pembelajaran digunakan shaping. 

4. Kelebihan dan kekurangan dalam teori pembelajaran behavioristik
a. Kelebihan
Dalam teknik pembelajaran yang merujuk ke teori behaviouristik terdapat beberapa kelebihan di antaranya :
1. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar.
2. Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang menbutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan sebagainya.
3. Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan
4. Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa , suka mengulangi dan harus dibiasakan , suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

b. Kekurangan
Teori Thorndike terlalu memandang manusia sebagai mekanisme dan otomatisme disamakan hewan.
1. Memandang belajar merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan respon
2. Mengabaikan pengertian belajar sebagai unsure pokok
3. Proses belajar berlangsung secara teoritis
Selain teorinya, beberapa kekurangan perlu dicermati guru dalam menentukan teknik  pembelajaran yang mengacu ke teori ini, antara lain:
a. Sebuah konsekuensi bagi guru, untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap
b. Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini
c. Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.
d. Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menghapalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
e. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.
f. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru.


5. Aplikasi teori behavioristik
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran yaitu  karena memandang pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap dan tidak berubah  pengetahuan disusun dengan rapi sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowladge) kepada orang yang belajar. Fungsi pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berfikir yang dapat dianalisis dan dipilih, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berfikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Belajar  merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Secara umum langkah-langkah pembelajaran yang berpijak pada teori behavioristik yang dikemukakan oleh Sociati dan Prasetya Irawan (2001) dapat digunakan dalam merancang pembelajaran, langkah-langkah pembelajara tersebut antara lain :
1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi pengetahuan awal siswa
3. Menentukan materi pembelajaran
4. Memecah materi pembelajaran menjadi bagian kecil-kecil, meliputi pokok bahasan, sub pokok bahasan, topik dan sebagainya.
5. Menyajikan materi pembelajaran
6. Memberikan stimulus, dapat berupa, pertanyaan baik lisan maupu tertulis, tes atau kuis, latihan atau tugas-tugas.
7. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa
8. Memberikan penguatan atau reinforcement (mungkin penguatan positif ataupun penguatan negatif), ataupun hukuman.
9. Memberikan stimulus baru
10. Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman
11. Evaluasi belajar 
Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.

A. Teori belajar sosial  atau kognitif sosial menurut Albert Bandura
1. Pengertian teori belajar sosial atau kognitif sosial.
Teori Pembelajaran Sosial  atau disebut juga Teori Observasional atau Teori belajar dari model. Teori belajar ini relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya dan merupakan perluasan dari teori belajar perilaku (behavioristik).  Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri.
Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip – prinsip teori – teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat – isyarat perubahan perilaku, dan pada proses – proses mental internal.
Jadi dalam teori pembelajaran sosial kita akan menggunakan penjelasan – penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan – penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar sosial “ manusia “ itu tidak didorong oleh kekuatan – kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus – stimulus lingkungan.
Teori belajar sosial menekankan bahwa lingkungan – lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan ; lingkungan – lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana dikutip oleh (Kard,S,1997:14) bahwa “sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.
Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan. Pertama Pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain,Contohnya : seorang pelajar melihat temannya dipuji dan ditegur oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain.
Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan positif atau penguatan negative, saat mengamati itu sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur, M,1998.a:4).

2. Analisis teori kognitif sosial menurut Albert Bandura
Berikut pendapat Bandura tentang hakikat manusia dan kepribadian :
a. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang satu, berfikir, merasa, dan mengatur tingkah lakunya sendiri.
b. Kepribadian yang berkembang harus mempertimbangkan konteks sosial.
Teori belajar sosial Bandura tentang kepribadian didasarkan pada tingkah laku manusia yang merupakan hasil interaksi timbal balik yang terus menerus antara faktor – faktor penentu: internal (kognisi, persepsi dan faktor lainya yanng mempengaruhi kegiatan manusia), dan eksternal (lingkungan).  Menurut Bandura bukan proses mekanis yang menyebabkan manusia menjadi pasif namun sebaliknya manusia itu aktif dalam mencari dan memproses informasi tentang lingkungan agar memaksimalkan hasil yang menyenangkan.
a. Belajar Melalui Observasi
Belajar melalui observasi terjadi ketika respon organisme dipengaruhi oleh hasil observasinya terhadap orang lain yang disebut model. Bentuk blajar ini memerlukan perhatian terhadap tingkah laku model yang diobservasi, sehingga dipahmi dampak-dampaknya, dan menyimpan informasi tentang tingkah laku model kedalam memori.
Contohnya model dalam hal ini adalah anak atau orang dewasa cenderung mengimitasi orang yang dia senangi karena memiliki daya tarik tertentu (penampilan, perilaku, atau kepopulerannya)Proses imitasi dipengaruhi oleh adanya kesamaan antara keduanya seperti (kesamaan seks), atau karena tingkah laku model tersebut memberikan dampak positif.
Menurut teori ini model sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian sesorang. Perilaku model yang diambil biasanya berbentuk simbolik seperti tanyangan telefisi. Menurut Bendura, Ross, dan Ross (1963) menemukan bahwa observasi anak pada bintang film dapat mempengaruhi tingkah laku agresifnya.
b. Self-efficacy
Menurut Bendura Self-efficacy merupakan kepribadian yang krusial. Self-efficacy merupakan keyakinan diri (sikap percaya diri) terhadap kemampuan sendiri untuk menampilkan tingkah laku yang akan mengarahkannya kepada hasil yang diharapkan. Persepsi self-efficacy bersifat subjektif dan khas dalam bermacam-macam hal dan dapat mempengaruhi tantangan mana yang akan dihadapi, bagaimana menampilkan perilaku yang lebih baik.

Menurut aliran kognitif, setiap siswa lahir dengan bakat dan kemampuan mentalnya sendiri. Faktor bawaan ini memungkinkan siswa untuk menentukan merespon atau tidak terhadap stimulus, sehingga belajar tidak bersifat otomatis seperti robot. Pendekatan teori sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral siswa ditekankan pada perlunya  conditioning (pembiasaan merespons) dan imitation (peniruan).
·  Conditioning, prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku sosial dan moral pada dasarnya sama dengan prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku-perilaku lainnya, yakni denganreward (ganjaran/memberi hadiah atau mengganjar) danpunishment (hukuman/ memberi hukuman) untuk senantiasa berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu ia perbuat.
·    Imitation, proses imitasi atau peniruan. Dalam hal ini, orang tua dan guru seyogianya memainkan peran penting sebagai seorang model atau tokoh yang dijadikan contoh berperilaku sosial dan moral bagi siswa. Sebagai contoh, seorang siswa mengamati gurunya sendiri menerima seorang tamu, lalu menjawab salam, menjabat tangan, beramah tamah, dan seterusnya yang dilakukan guru tersebut diserap oleh memori siswa.

Semakin piawai dan berwibawa seorang model, semakin tinggi pula kualitas imitasi perilaku sosial dan moral siswa tersebut. Mengimitasi model merupakan elemen paling penting dalam hal bagaimana si anak belajar bahasa, berhadapan dengan agresi, mengembangkan perasaan moral dan belajar perilaku yang sesuai dengan gendernya. Analisis perilaku terapan (applied behaviour analysis) merupakan kombinasi dari pengkondisian dan modeling, yang dapat membantu menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan secara sosial.
Definisi belajar pada asasnya ialah tahapan perubahan perilaku siswa yang relative positif dan menetap ssebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Belajar memiliki arti penting bagi siswa dalam :
a. Melaksanakan kewajiban keagamaan.
b. Meningkatkan derajat kehidupan.
c. Mempertahankan dan mengembangkan kehidupan.

Teori pembelajaran terbaru Bandura disebut dengan teori kognitif sosial. Perubahan dari satu nama ke nama yang lain ini merefleksikan meningkatnya penekanan Bandura atas respon kognitif terhadap persepsi sebagai sesuatu yang mendasar dalam perkembangan. Sementara itu, beberapa fase teori belajar sosial, diantaranya :
1. Fase Memperhatikan (attentional phase)
Fase ini merupakan dasar dari suatu proses pengamatan. Tidak adanya perhatian yang terpusat, sulit bagi individu untuk melakukan pengamatan dan pembelajaran secara intensif. Berkembangnya perhatian individu terhadap suatu obyek berkaitan dengan daya ingatnya. Bagi remaja tertarik dan menaruh perhatian terhadap perilaku model tertentu, karena model tersebut dipandangnya sebagai yang hebat, unggul, berkuasa, anggun, berwibawa. Selain itu, berkembangnya perhatian oleh adanya kebutuhan dan minat pribadi.
Untuk menarik perhatian para peserta didik, guru dapat mengekspresikan suara dengan intonasi khas ketika menyajikan pokok materi atau bergaya dengan mimik tersendiri ketika menyajikan contoh perilaku tertentu. Semakin erat hubungannya antara kebutuhan dan minat dengan perhatian, semakin kuat daya tariknya terhadap perhatian tersebut dan demikian pula sebaliknya.
2. Fase Menyimpan (retention phase )
Setelah fase memperhatikan, seorang individu akan memperlihatkan tingkah laku yang sama dengan model tersebut ini berarti individu mengingat dan menyimpan stimulus yang diterimanya dalam bentuk simbol-simbol. Menurut Bandura bentuk-bentuk simbol tersebut tidak hanya diperoleh melalui pengamatan visual, tetapi juga verbalisasi. Pada anak-anak yang kekayaan verbalnya terbatas, maka kemampuan menirunya terbatas pada kemampuan untuk melakukan simbolisasi melalui pengamatan visual.
3. Fase Mereproduksi (reproduction phase)
Pada tahap reproduksi, segala bayangan/citra mental (imagery) atau kode-kode simbolis yang berisi informasi pengetahuan dan perilaku yang telah tersimpan dalam memori para peserta didik itu diproduksi kembali. Untuk mengidentifikasi tingkat penguasaan para peserta didik, guru dapat menyuruh mereka membuat atau melakukan lagi apa-apa yang telah mereka serap misalnya dengan menggunakan saranapost-test.
4.  Fase Motivasi (motivation phase)
Tahap terakhir dalam proses terjadinya peristiwa atau perilaku belajar adalah tahap penerimaan dorongan yang berfungsi sebagai reinforcement ‘penguatan’ bersemayamnya segala informasi dalam memori para peserta didik. Pada tahap ini, guru dianjurkan untuk memberi pujian, hadiah, atau nilai tertentu kepada para peserta didik yang berkinerja memuaskan.

3. Kelemehan dan kelebihan teori belajar sosial Albert Bandura
a. Kelemaha
Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru.
Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative , termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.

b.  Kelebihan
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata – mata reflex atas stimulus ( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.
Pendekatan teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya conditioning ( pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu pendekatan belajar social menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor social dan kognitif.

4. Aplikasi teori kognitif sosial
Contoh aplikasi teori belajar Bandura adalah ketika seorang anak belajar untuk mengendarai sepeda. Ditahap perhatian si anak akan tertarik mengamati para pengendara sepeda dibanding dengan orang yang melakukan aktifitas lain yang diaanggap kurang menarik. Oleh karena itu, ia akan mengamati bagaimana seseorang mengayuh sepeda. Selanjutnya pada tahap penyimpanan dalam ingatan si anak akan tersimpan bahwa bersepeda itu menyenangkan dan suatu saat jika waktunya tepat ia akan meminta ayahnya (semisal) untuk mengajarinya mengendarai sepeda.
Semuanya itu kemudian dilaksanakan pada tahap reproduksi di mana siana kemudian benar-benar belajar mengendarai sepeda bersama sang ayah. Ketika anak itu sudah berhasil, di sinilah tugas sang ayah untukmemberi reward sebagai bentuk apresiasi atas keberhasilan sang anak sekaligus merupakan tahap motivasi.




BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori behavioristik adalah teori beraliran behaviorisme yang merupakan salah satu aliran psikologi. Teori belajar kognitif sosial merupakan suatu teori belajar yang  lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Teori behaviouristik antara lain: Reinforcemen dan Punishment, Primari dan secondary reinforcemen, Schedule of reinforcemen, Contingency managermen, Stimulus control in operant learning, The elimination of responses. Sementara itu, beberapa fase teori belajar sosial, diantaranya: Fase Memperhatikan (attentional phase), Fase Menyimpan (retention phase ), Fase Mereproduksi (reproduction phase),  Fase Motivasi (motivation phase).

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat pemakalah susun, tentunya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu pemakalah sangat mengharapkan kritik dan saran untuk membangun dan memperbaiki makalah ini. Penulis juga meminta maaf apabila ada penulisan dan ulasan yang salah atau kurang berkenan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.  Aamiin.




DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, C, Asri, 2005, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Gage, N.L., & Berliner, 1979, D. Educational Psychology, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hall S. Calvin & Lindzey,  Gardner,  Psikology kebribadian 3, 1993  Teori-Teori sifat dan behavioristik (diterjemahkan dari buku Theories of  personality,  New york, Santa barbara Toronto,1978,) yogyakarta: Kanisius.
Kamalfachri, “Teori Behavioristik”, dalam Website file:///H:/Teori behavioristik dan Permaslahan Kamalfachri. Weblog.htm, data diakses  pada tanggal 21 maret 2016.
Pervin, Lawrence A. Daniel Cervone, Oliver P.John.  2010.  Psikologi Kepribadian Teori dan Penelitia.  Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Riyanto, Yatim, 2009, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta : Pranada Media Group.
Skinner, 1989, The Behavior of Organism.
Slavin, 2000, Belajar dan Pembelajaran.
Uno, Hamzah B, 2008  Orientasi dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Yusuf, Syamsu. 2007, Teori Kepribadian. Bandung:Remaja Rosada Karya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Kepribadian Psikoanalisis menurut Karen Horney dan Teori Kepribadian Psikoanalisis menurut Harry Stack Sullivan

MAKALAH ATRIBUSI

MAKALAH HIERARKI KEBUTUHAN MASLOW