Teori Kepribadian Psikoanalisis menurut Karen Horney dan Teori Kepribadian Psikoanalisis menurut Harry Stack Sullivan



PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Di era Globalisasi ini banyak sekali warga negara Indonesia yang mempunyai kepribadian baik. Kepribadian sangat mencerminkan perilaku seseorang, maka dengan adanya mata kuliah ini kita diajarkan menjadi seorang yang mempunyai kepribadian yang baik. Setiap orang sama seperti kebanyakan atau bahkan semua orang lain, kita bisa tahu apa yang diperbuat seseorang dalam sirtuasi tertentu berdasarkan pengalaman diri kita sendiri. Psikologi Kepribadian merupakan salah satu ilmu dasar yang sangat penting. Teori psikoanalisis yang menjadi teori yang paling komperhensif diantara teori kepribadian lainya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori kepribadian psikoanalisis menurut Karen Horney dan teori kepribadian psikoanalisis menurut Harry Stack Sullivan ?
2. Apa saja yang dibahas mengenai kepribadian yang diungkap oleh Karen Horney dan Harry Stack Sullivan ?




BAB II
TEORI PSIKOANALISIS KAREN HORNEY

A. Teori Psikoanalisis Karen Horney
Psikoanalitik teori Karen Horney mengembangkan salah satu teori yang paling terkenal dari neurosis. Dia percaya neurosis yang dihasilkan dari kecemasan dasar yang disebabkan oleh hubungan interpersonal. Teorinya mengusulkan bahwa strategi yang digunakan untuk mengatasi kecemasan seringkali digunakan secara berlebihan, menyebabkan mereka mengambil bentuk kebutuhan.
Menurut Horney, kecemasan dasar (karena neurosis) dapat terjadi akibat berbagai hal termasuk, “dominasi langsung atau tidak langsung, ketidakpedulian, perilaku tak menentu, kurangnya rasa hormat untuk kebutuhan individu anak, kurangnya bimbingan yang nyata, sikap meremehkan, terlalu banyak kekaguman atau tidak adanya itu, kurangnya kehangatan yang dapat diandalkan, harus berpihak dalam perselisihan orang tua, terlalu banyak atau terlalu sedikit tanggung jawab, perlindungan lebih, terpisah dari anak-anak lain, ketidak adilan, diskriminasi, ingkar janji, suasana bermusuhan,  dan seterusnya “(Horney, 1945).

1. Pentingnya Pengalaman Masa Kanak-Kanak
Horney percaya bahwa konflik neurotik dapat muncul dari hampir semua tahapan perkembangan, tetapi masa kanak kanak adalah masa dimana sebagian besar masalah timbul. Horney (1937) menyakini bahwa pengalaman pengalaman yang merusak (pelecehan seksual, pemukulan atau penolakan) ini hampir selalu ditimbulkan oleh kurangnya kehangatan kasih sayang yang tulus.
Kecemasan dan permusuhan cenderung ditekan (repress), atau dikeluarkan dari kesadaran, karena menunjukan rasa takut bisa membuka kelemahan diri, dan menunjukan rasa marah beresiko dihukum dan kehilangan cinta dan keamanan. Bayi mengalami proses melingkar, yang oleh Horney dinamakan Lingkaran setan atau vicious circle (1937). Dimulai sejak akhir, bayi membutuhkan kehangatan dan kasih sayang untuk dapat menghadapi tekanan lingkungan.
a. Kalau kehangatan cinta dan kasih sayang ini tidak cukup diperoleh,
b. Bayi menjadi marah dan muncul perasaan permusuhan karena diperlakukan secara salah itu.
c. Tetapi kemarahan harus di repress agar perolehan cinta dan rasa aman yang hanya sedikit (tidak cukup) itu tidak hilang sama sekali.
d.  Perasaan menjadi kacau, muncul kecemasan dasar dan permusuhan dasar.
e. Kebutuhan kasih sayang dan cinta semakin besar.
f. Kemungkinan akan semakin banyak kebutuhan kasih sayang yang tidak terpenuhi sehingga semakin kuat pula perasaan marah yang timbul.
g. Perasaan permusuhan  menjadi semakin kuat.
h. Repressi harus semakin kuat dilakukan agar perolehan kasih sayang yang hanya sedikit itu tidak hilang.
i. Tegangan perasaan kacau, marah, gusar, mangamuk semakin kuat. Kembali ke (4) ini akan membuat kecemasan dasar dan permusuhan dasar semakin kuat, dan akan terus semakin parah kalau lingkaran 4 > 5 > 6 > 7 > 8 > 9 > 4 dst. terus menerus terjadi.
2. Pengaruh Kultur
Menurut horney, masyarakat Barat mempunyai peranan dalam menimbulkan lingkaran setan ini diantaranya dalam beberapa hal. Pertama, orang orang dalam masyarakat diperkenalkan dengan ajaran kultur tentang kekeluargaan dan kerendahan hati kedua keinginan masyarakat untuk sukses dan berhasil mencapai sesuatu tidak pernah berakhir ketiga masyarakat Barat meyakinkan orang-orang bahwa mereka hidup bebas dan dapat memperoleh apapun yang mereka inginkan melalui kerja keras dan ketekunan.
Kontradiksi kontradiksi ini yang ditimbulakan oleh pengaruh lingkungan dan bukan pengaruh biologis menghasilkan konflik-konflik intrapsikis yang mengancam kesehatan mental dari orang normal dan menghasilkan rintangan-rintangan yang sulit dihadapi orang orang neutorik.
3. Prinsip Kepribadian Horney
Konsep utama Horney adalah kecemasan dasar yang dirumuskan sebagai berikut : “… perasaan yang terdapat pada anak karena terisolasi dan tak berdaya dalam dunia secara potensial bermusuhan. Sejumlah besar faktor yang merugikan dalam lingkungan dapat menyebabkan anak mereka tidak aman, yakni dominasi langsung atau tak langsung. Sikap masa bodoh, tingkah laku eratik, kurang menghargai kebutuhan-kebutuhan pribadi anak, kurang sungguh-sungguh dibimbing, sikap-sikap meremehkan anak, terlalu membanggakan anak atau kurang membanggakannya, kurang adanya kehangatan yang dapat diandalkan,  harus berpihak dalam perselisihan antara orang tua, tanggung jawab terlalu banyak atau terlalu sedikit, terlalu dilindungi, terisolasi dan anak-anak lain, ketidak adilan, diskriminasi, janji-janji yang tidak ditepati, suasana bermusuhan dan sebagainya.”
1. Kecemasan Dasar dan Permusuhan Dasar
Kecemasan berasal dari takut; suatu peningkatan yang berbahaya dari perasaan berteman tak berdaya dalam dunia penuh ancaman. Kecemasan dasar selalu dibarengi oleh permusuhan dasar, berasal dari perasaan marah, suatu predisposisi untuk mengantisipasi bahaya dari orang lain dan untuk mencurigai orang lain itu. Bersama-sama, kecemasan dan permusuhan membuat orang yakin bahwa dirinya harus dijaga untuk melindungi keamanan.
2. Kecemasan dan Konflik
Menurut Horney semua orang mengalami creature anxiety, perasaan keceasan yang normal muncul pada masa bayi, ketika bayi yang lahir dalam keadaan tak berdaya dan rentan itu dihadapkan dengan kekuatan alam yang keras dan tidak bisa dikontrol. Bimbingan yang penuh kasih sayang dan cinta pada awal kehidupan membantu bayi belajar menangani situasi bahaya itu. Sebaliknya, taanpa bimbingan yang memadai akan mengembangkan basic anxiety, bastic, hostility, dan terkadaang neurotik distress.

B. Konflik Interpersonal : kebebasan vs Kesepian
Konflik adalah pertentangan antar kekuatan yang berhadapan dalam fungsi manusia, tidak dapat dihindari. Mengalami konflik tidak berarti neurotik. Perbedaan konflik normal dan neurotik adalah taraf atau tinggi rendahnya. Setiap orang memakai berbagai cara mempertahankan diri dengan penolakan, permusuhan, dan persaingan dengan orang lain. Orang normal mampu memakai bermacam-macam strategi pertahanan disesuaikan dengan masalahnya, sedang orang neurotik secara kompulsif memakai strategi pertahan yang sama yang pada dasarnya tidak produktif. Horney mengemukakan 10 kebutuhan neurotik, yakni kebutuhan yang timbul akibat dari usaha menemukan pemecahan-pemecahan masalah gangguan hubungan antar manusia.
1. Kebutuhan neurotik akan kasih sayang dan penerimaan diri (the neurotic need for affection and approval) . Dalam pencarian akan kasih sayang dan penerimaan diri orang-orang neurotik berusaha dengan cara apapun untuk menyenangkan orang lain. Mereka berusaha memenuhi harapan orang lain, cenderung takut mengatakan dirinya benar serta cenderung kurang nyaman dengan permusuhan/pertengkaran orang lain dan rasa permusuhan dalam dirinya.
2. Kebutuhan neurotik akan rekan yang kuat (the neurotic need for a powerful patner). kurangnya rasa percaya diri membuat orang-orang neurotik berusaha mendekatkan diri mereka dengan pasangan yang lebih kuat atau berpengaruh. Termasuk dalam kebutuhan ini adalah penilaian yang terlalu tinggi terhadap cinta dan ketakutan jika sendirian atau ditinggalkan.
3. Kebutuhan neurotik untuk membatasi hidupnya dalam lingkup yang sempit (the neurotic need to restrict one’s life within narrow borders). Orang-orang neurtik seringkali berusaha untuk tidak menonjol, berada ditempat kedua, dan merasa puas dengan stimulus yang sangat sedikit. Mereka menurunkan kemampuan mereka ketingkat yang lebih rendah dan takut membuat permintaan yang membebani orang lain.
4. Kebutuhan neurotic akan kekuasaan (the neurotic need for power). Kekuasaan dan kasih sayang mungkin merupakan dua kebutuhan neurotik yang paling besar. Kebutuhan akan kekuasaan biasanya dibarengi dengan adanya kebutuhan akan penghargaan sosial dan kepemilikan yang menjelma dalam bentuk kebutuhan untuk mengatur orang lain dan menghindari erasaan lemah atau tidak pintar.
5. Kebutuhan neurotik untuk memanfaatkan orang lain (the neurotic need to exploit others). Orang-orang neurotik sering menilai orang lain bedasarkan bagaimana orang-orang tersebut bisa digunakan atau dimanfaatkan untuk kepentingan mereka, tetapi pada saat yang sama, mereka takut dimanfaatkan oleh oranglain.
6. Kebutuhan neurotik akan penghargaan sosial atau gengsi (the neurotic need for social recognition or  prestige). Beberapa orang melawan kecemasan dasar dengan berusaha menjadi orang pertama ,orang paling penting, atau menarik perhatian orang lain agar tertuju pada dirinya.
7. Kebutuhan neurotik akan kekaguman pribadi (the neurotic need for personal admiration). Orang-orang neurotik mempunyai kebutuhan untuk dikagumi atas diri mereka daripada atas apa yang mereka miliki. Harga diri mereka yang tinggi harus terus menerus ditunjang dengan kegaguman dan penerimaan dari orang lain.
8. Kebutuhan neurotik akan ambisi dan pencapaian diri (the neurotic need for ambition and personal achievement ). Orang-orang neurotik sering kali mempunyai dorongan kuat untuk menjadi yang terbaik-sales terbaik, pemain boling terbaik ,atau kekasih terbaik. Mereka harus mengalahkan orang lain untuk membuktikan keunggulan mereka.
9. Kebutuhan neurotik akan kemandirian dan kebebasan (the neurotic need for self sufficiency and independence). Banyak orang-orang neurotik yang mempunya kebutuhan yang kuat untuk menjauh dari orang lain ,yang membuktikan mereka bisa bertahan hidup tanpa orang lain.
10. Keburuhan neurotik akan kesempurnaaan dan ketidakmungkinan untuk salah (the neurotic need for perfection and unassailability). Dengan berusaha semaksimal mungkin untuk sempurna, orang-orang neurotik mendapat “bukti” atas harga diri dan keunggulan pribadi mereka. Mereka takut membuat kesalahan dan mempunyai kelemahan pribadi sehingga mereka selalu berusaha untuk menyembunyikan kelemahan mereka dari orang lain.
C. Konflik Intrapsikis
Kecenderungan neurotik yang timbul dari kecemasan dasar, berkembang dari hubungan anak dengan orang lain. Dinamika kejiwaan yang terjadi menekankan pada konflik budaya dan hubungan antar pribadi. Dalam hal ini Horney tidak mengabaikan faktor intrapsikis dalam perkembangan kepribadian. Menurutnya, proses intrapsikis semula berasal dari pengalaman hubungan antar pribadi, yang sudah terjadi menjadi bagian dari sistem keyakinan, proses intrapsikis itu mengembangkan eksistensi dirinya terpisah dari konflik interpersonal. Ada empat macam konsep diri :
1. Diri rendah ( Despised Real Self )
Konsep yang salah tentang kemampuan diri, keberhargaan dan kemenarikan diri, yang didasarkan pada evaluasi orang lain yang dipercayainya, khususnya orang tuanya. Evaluasi negatif mungkin mendorong orang untuk merasa tak berdaya.
2. Diri Nyata ( Real Self )
Pandangan subyektif bagaimana diri yang sebenarnya, mencakup potensi untuk berkembang, kebahagiaan, kekuatan, kemauan, kemampuan khusus dan keinginan untuk “realisasi diri”, keinginan untuk spontan menyatakan diri yang sebenarnya.
3. Diri Ideal ( Ideal Self )
Pandangan subyektif mengenai diri yang seharusnya, suatu usaha untuk menjadi yang sempurna dalam bentuk khayalan, sebagai kompensasi perasaan tidak mampu dan tidak dicintai.
4. Diri Aktual ( Actual Self )
Berbeda dengan real self yang subyektif, aktual self adalah kenyataan diri seseorang, fisik dan mental apa adanya, tanpa dipengaruhi oleh persepsi orang lain.

Konflik intrapsikis yang terpenting adalah gambaran diri ideal atau ideal self image dengan diri yang dipandang rendah atau despised real self. Membangun diri ideal adalah usaha untuk memecahkan konflik dengan membuat gambaran bagus mengenai diri sendiri. Diri rendah adalah kecenderungan yang kuat dan irasional untuk merusak gambaran nyata diri.

D. Struktur Kepribadian
1.  Diri Ideal ( Ideal Self )
Horney percaya bahwa makhluk hidup, jika diberikan sebuah lingkungan dengan kedisiplinan dan kehangatan, akan mengembangkan perasaan aman dan percya diri serta kecenderungan untuk memiliki pemahaman diri. Sayangnya, pengaruh-pengaruh negatif awal sering kali menghambat kecenderungan alami seseorang memperoleh pemahaman diri atau mencapai realisasi diri, sebuah situasi yang membuat mereka merasakan perasaan terpisah dan rendah diri. Selain itu juga, terdapat perasaan terpisah dari diri mereka yang semakin berkembang. Oleh karena merasa terpisah dari diri mereka sendiri, maka seseorang merasa harus mendapatkan kepekaan akan identitas (sense of identity) yang stabil.
a. Pencarian Keagungan Neurotik (Neurotic Search for Glory)
Pencarian keagungan yang neurotik adalah gambaran orang yang menganggap diri ideal itu nyata, mereka memasukannya secara komprehensif kedalam semua aspek hidupnya, mencajikannya sebagai acuan tujuan, konsep diri, dan hubungannya denga orang lain. Orang semacam itu membutuhkan kesempurnaan (need for perfection), mempunyai ambisi yang neurotik (neurotic ambition) dan drongan untuk menang dalam balas dendam (drive toward a vindivtive triumph).
Kebutuhan kesempurnaan merupakan dorongan untuk menggabungkan keseluruhan kepribadian ke dalam diri ideal. Neurotik tidak puas dengan sedikit perubahan, tidak menerima yang belum sempurna. Ini yang kemudian yang dinamakan oleh Horney tirani kebolehan (tyrany of the should).
Ambisi neurotik adalah pencarian keagungan diri melalui dorongan menjadi superior yang kompulsif. Walaupun orang neurotik mempunyai keingian yang kuat menggungguli apapun, mereka secara teratur menyalurkan energinya ke aktivitas yang paling berpeluang sukses.
Dorongan untuk balas dendam merupakan aspek neurotik yang berbahaya. Keinginan balas dendam ini mungkin disembunyikan sebagai dorongan berprestasi-sukses, tetapi tujuan utamanya dalah membuat orang lain malu, atau mengalahkan mereka melalui kelebihan mereka, atau untuk memperoleh kekuatan, untuk membuat sengsara oranglain-umunya dengan melalui penghinnaan. Sukses membalas dendam, tidak membuat dorongan balas dendamnya reda, bahkan dorongan itu menanjak setiap kali ada kemenangan. Setiap kesuksesan akan meningkatkan ketakutan akan kekalahan dan ini akan meningkatkan perasaan keagungan, yang akan meningkatkan keinginan untuk memperoleh kemenangan balas dendam yang baru.
b. Penuntut yang Neurotik
Meyakini bahwa ada yang salah dengan dunia luar, mereka menganggap bahwa diri mereka itu khusus sehingga berhak diperlakukan sesuai dengan gambaran diri ideal mereka sendiri. Para penderita neurotik, kalau tuntutan mereka tidak terpenuhi, mereka menjadi marah, bingung, dan tidak mampu memahami mengapa orang lain tidak dapat memahami tuntutannya.
c. Kebanggaan Neurotik
Kebanggaan neurotik adalah kebanggan yang semu, bukan didasarkan pada pandangan diri yang realistik, tetapi didasarkan pada gambaran palsu dari diri ideal. Sebaliknya kebanggan neurotik didasarkan pada gambaran diri ideal dan biasanya diumumkan keras-keras dalam rangka melindungi dan mendukung pandangan dan kebanggaan kepada diri sendiri. Orang neurotik memandang dirinya sebagai orang yang mulia, hebat, dan sempurna, sehingga kalau orang lain tidak memperlakukan mereka dengan pertimbangan khusus, orang itu menjadi sedih.
1. Menghina Diri (despise self)
Orang neurotik yang mencari keagungan tidak pernah puas dengan dirinya sendiri, karena mereka akhirnya menyadari bahwa diri nyata tidak cocok dengan diri idealyang mereka dambakan. Mereka kemudian mulai membenci dan memandang rendah dirinya sendiri. Horney mengemukakan 6 cara orang mengekspresikan kebencian diri itu :

a.  Menuntut kebutuhan kepada diri tanpa ukuran (relentles demands on the self)
Orang memunculkan kebutuhan diri yang tidak pernah berhenti. Bahkan ketika mereka mencapai keberhasilan, mereka terus mendorong dirinya sendiri untuk bergerak menuju kesempurnaan.
b.  Menyalahkan diri tanpa ampun (merciless self-accusation)
Orang neurotik yang terus menerus mencaci-maki dirinya sendiri. Menyalahkan diri bentuknya bermacam-macam, mulai dari ekspresi luar biasa, misalnya merasa bertanggung jawab terhadap bencana alam, sampai menanyai secermat-cermatnya kebaikan dari motivasinya sendiri.
c. Menghina diri (self-contempt)
Diekspresikan dalam wujud memandang kecil, meremehkan, meragukan, mencemarkan, dan menertawakan diri sendiri. Menghina diri mencegah yang bersangkutan dari perjuangan untuk maju atau berprestasi.
d. Frustasi diri (self-frustation)
Orang neurotik sering membelenggu dengan tabu unruk menentang kesenangan.

e. Menyiksa diri (self-torment)
Pada dasarnya semua mekanisme diri rendah mengandung makna menyiksa diri. Namun menjadi berubah apabila tujuan orang neurotik itu membahayakan atau menyakiti diri sendiri. Banyak orang memperoleh kepuasan masokism dengan mengalami penderitaan akibat suatu keputusan, memperparah sakit kepala, melukai diri dengan pisau, menantang berkelahi dengan orang yang jauh lebih kuat atau mengundang siksaan fisik.
f. Tingkah laku dan dorongan diri (self destructive action and impuls)
Bisa fisikal atau psikologikal, disadari atau tidak disadari, akut atau kronik, benar-benar dilakukan atau hanya dalam imajinasi. Orang-orang neurotik juga merusak diri secara psikologis, misalnya berhenti bekerja ketika karirnya mulai memuncak, memutus hubungan persahabat yang sehat dan memilih pergaulan yang neurotis, atau melakukan aktifitas seksual promiskuitas.

E. Dinamika Kepribadian
Dalam teori psikoanalisis sosial Karen Horney, Ia menyimpulkan ada 3 sikap dasar yang disebut kecenderungan neurotik dalam mengatasi konflik dasar, diantaranya :
1. Mendekati orang lain (moving forward people)
Merupakan proses mendekati orang lain yang mengacu kepada sebuah kebutuhan neurotik untuk melindungi diri dari perasaan ketidak-berdayaan. Usaha pertama yang dilakukan adalah mereka berusaha mendapatkan kasih sayang dan penerimaan dari orang lain atau mereka mencari pasangan yang kuat yang bertanggung jawab terhadap hidup mereka. Horney (1937) menjelaskan kebutuhan-kebutuhan ini sebagai “ketergantungan yang tidak wajar” (morbid dependency), sebuah konsep yang mendahului istilah “codepedency”.
2. Melawan orang lain (against people)


Dalam pengadopsian strategi melawan orang lain, orang-orang neurotik yang agresif cenderung menanggap orang lain tidak ramah. Sehingga, mereka sama kompulsifnya dengan orang-orang penurut, dan tingkah laku mereka juga sama-sama dipicu oleh kecemasan dasar. Daripada mendekati orang lain dengan selalu menurut dan bergantung, orang-orang neuritik yang agresif lebih memilih utuk melawan orang lain dengan cara tampil kuat dan kejam. Mereka termotivasi oleh keinginan kuat untuk memeras orang lain dan memanfaatkan orang tersebut untuk kepentingan diri mereka sendiri.

Lima dari sepuluh kebutuhan neurotik, terdapat kecenderungan melawan orang lain diantaranya, kebutuhan untuk kekuasaan, memanfaatkan orang lain, memperoleh penghargaan dan gengsi, dikagumi, dan mencapai sesuatu. Orang-orang yang agresif lebih condong untuk bermain dengan tujuan menang daripada hanya untuk menikmati perlombaan.
3. Menjauhi orang lain (moving away from people)
Supaya dapat megatasi konflik dasar terisolasi, beberapa orang memisahkan diri dari orang lain dan mengadopsi sebuah kecenderungan neurotik yaitu menjauhi orang lain. Strategi ini merupakan ekspresi dari kebutuhan akan kesendirian, kebebasan dan kemandirian. Sama seperti sebelumnya, masing-masing kebutuhan ini dapat mengarah kepada tingkah laku positif, dan beberapa orang memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini dengan yang sehat. Akan tetapi, kebutuhan-kebutuhan ini menjadi neurotik ketika orang-orang berusaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan membuat jarak emosional antara diri mereka dan orang lain secara terus menerus.

Masing-masing dari ketiga neurotik memiliki serangkaian karakteristik yang serupa dengan yang dimiliki individu-individu normal dan masing-masing dari sepuluh kebtuhan neurotik dapat dengan mudah ditempatkan dalam ketiga kecenderungan neurotik.





BAB III
TEORI PSIKOANALISIS HARRY STACK SULIVAN


1. LATAR BELAKANG SULLIVAN
Harry Stack Sullivan lahir di sebuah kota peternakan di Norwich, New york pada 21 Februari 1982, satu-satunya anak yang hidup dari sebuah keluarga Irlandia Katolik miskin. Ibunya, Ella Stack Sullivan, berumur 32 tahun ketika menikahi Timothi Sullivan dan berumur 39 ketika Harry lahir. Dia telah melahirkan dua putra lainnya, tidak satupun yang hidup melampaui umur setahun. Sebagai akibatnya, dia memanjakan dan menjaga anak satu-satunya, yang mana keselamatannya dianggap sebagai kesempatan terakhir dari keibuannya. Ayah Harry, Timothy Sullivan, adalah seorang pria yang pemalu, suka menyendiri, pendiam yang tidak pernah membangun hubungan dekat dengan anaknya hingga setelah istrinya meninggal dan Sullivan menjadi dokter terkenal.
Pada tahun 1911, Sullivan masuk di Chicago College of Medicine and Surgery, dan pada Tahun 1921, tanpa pelatihan formal di psikiatri, dia bergabung dengan St. Elizabeth di Washington, DC, dimana dia kenal dekat dengan William Alanson White, neuropsikiater paling terkenal di Amerika. di St. Elizabeth, Sullivan mendapat kesempatan pertamanya untuk bekerja dengan pasien schizophrenic dalam jumlah besar. Ketika tinggal di Washigton, dia mulai berhubungan dengan sekolah medis di University of Maryland dan dengan Shepard and Enoch Pratt Hospital di Towson, maryland. Pada periode Baltimore di hidupnya, dia mempelajari Schizophrenia secara intensif, yang memberikan dugaan-dugaan awal tentang pentingnya relasi interpersonal. Dalam mencoba mengambil makna dari perkataan pasien schizophrenic, Sullivan menyimpulkan bahwa penyakit mereka adlaah cara untuk menyesuaikan diri dengan anxiety yang disebabkan lingkungan sosial dan interpersonal. Pengalamannya sebagai dokter klinis secara perlahan berubah menjadi awal mulanya teori psikiatri. 
Sullivan menghabiskan banyak waktu dan tenaga di Sheppard memilih dan melatih perawat rumah sakit. Walau dia hanya sedikit melakukan terapi, dia mengembangkan sebuah seistem diamana perawat pria non profesional yang simpatis merawat pasien schizophrenic dengan kepedulian dan rasa hormat yang manusiawi. Program inovaitif ini memberikan dia reputasi sebagai penyihir klinis. Tapi, dia menjadi tidak suka dengan iklim politis di Sheppard ketika dia tidak diangkat menjadi kepala pusat resepsi yang dia advokasikan. Pada bulan Maret 1930, dia mengundurkan diri dari sheppard. Saat ia tinggal di New York, dia berhubungan dengan beberapa psikiater dan ilmuwan sosial dengan latar belakang Eropa. Diantaranya adalah Karen Horney, Erich Fromm, dan Frieda Fromm Reichmann yang, bersama dengan Sullivan membentuk Zodiac group, sebuah organisasi informal yang bertemu secara rutin secara informal untuk membicarakan ide baru dan lama dalam psikiatri dan ilmu sosial yang berhubungan. Sullivan, yang sudah bertemu dengan Thompson sebelumnya, menghasutnya untuk mengunjungi Eropa untuk mendapatkan latihan analisis dari Sandor Ferenczi, seorang murid Freud. Sullivan belajar dari semua anggota Zodiac group, dan melalu Thompson, dan Ferenczi, teknik terapisnya secara tidak langsung dipengaruhi oleh Freud. Sullivan juga berterimakasih pada dua praktisi lainnya, Adolf Meyer dan William Alanson White, untuk pengaruh mereka pada praktik terapinya. Walau memiliki pengaruh Freudian pada teknik terapinya, teori Sullivan tentang psikiatri interpersonal tidaklah psikoanalistis ataupun neo-Freudian.
Pada saat ia tinggal di New York, Sullivan juga dipengaruhi beberapa ilmuwan sosial dari University of Chicago, yang merupakan pusat dari studi sosiologikal Amerika pada tahun 1920 dan 1930an. Disana ada psikolog sosial George Herbert Mead, sosiolog Robert Ezra Park, W.I. Thomas, antropolog Edward Sapir, dan ilmuwan politik Harold Lasswell. Sullivan, Sapir dan Lasswell terutama bertanggung jawab untuk mendirikan William Alanson White Psychiatric Foundation di Washington, DC, untuk menggabungkan psikiatri dan ilmu sosial lainnya. Sullivan kemudian menjabat sebagai presiden yayasan ini dan juga sebagai editor jurnal yayasan tersebut, Psychiatry. Dibawah panduan Sullivan, yayasan tersebut memulai institusi pelatihan yang dikenal sebagai Washington School of Psychiatry. Karena aktivitas ini, Sullivan menutup aktivitas praktik swastanya, yang lagipula tidak menguntungkan, dan pindah kembali ke Washington, DC, diana dia secara dekat berasosiasi dengan sekolah dan jurnal tersebut.
Pada bulan Januari 1949, Sullivan menghadiri pertemuan World Federation for Mental Health di Amsterdam. Dalam perjalanan kembali, pada Januari 14, 1949, dia wafat karena radang otak di kamar hotelnya di Paris, beberapa minggu sebelum ulang tahunnya yang ke 57. Sesuai dengan karakternya, dia sedang sendiri pada saat itu.
Kontribusi utama Sullivan ke teori kepribadian adalah konsepsinya tentang tingkat perkembangan. Sebelum berbalik ke ide Sullivan tentang tahap-tahap perkembangan, kita akan menjelaskan beberapa terminologi uniknya.
2. Struktur Kepribadian
Meskipun Sullivan memandang tegas sifat dinamis kepribadian, namun menurutnya ada beberapa aspek kepribadian yang nyata-nyata stabil dalam waktu yang lama: dinamisme, personifikasi, sistem self, dan proses kognitif.
a.   Dinamisme (The Dynamism)
Dinamisme adalah pola khas tingkahlaku (transformasi energi, baik terbuka maupun tersembunyi) yang menetap dan berulang terjadi yang menjadi ciri khusus seseorang. Dinamisme yang melayani kebutuhan kepuasan organisme melibatkan bagian tubuh, yakni alat reseptor, efektor dan sistem syaraf. Misalnya, dinamisme makan melibatkan otot mulut dan leher.
b.   Personifikasi (Personification)
Personifikasi adalah suatu gambaran mengenai diri atau orang lain yang dibangun berdasarkan pengalaman yang menimbulkan kepuasan atau kecemasan. Hubungan yang memberi kepuasan akan membangkitkan image positif, sebaliknya jika melibatkan kecemasan akan membangkitkan image negatif. Misalnya, personifikasi yang dikembangkan oleh bayi mengenai ibunya adalah gambaran ibu baik (good mother) yang diperoleh dari pengalaman ibu menyusui dan merawatnya sehingga menimbulkan kepuasan atau gambaran ibu buruk (bad mother) yang diperoleh dari pendekatan ibu yang menimbulkan kecemasan dan takut).
Ketika bayi mulai membedakan diri dengan lingkungannya, mulai terbentuk personifikasi diri dan orang lain. Gambaran tentang diri sendiri yang berkembang adalah saya baik (good-me) yang dikembangkan dari pengalaman dihadiahi, dimulai dengan hadiah kepuasan makan. Personifikasi saya buruk (bad-me) dikembangkan dari pengalaman kecemasan akibat perlakuan ibu atau pengalaman ditolak atau dihukum. Baik good-me maupun bad-me bergabung ke dalam gambaran diri.
Personifikasi diri yang ketiga, bukan saya (not me) dikembangkan dari pengalaman kecemasan yang sangat, seperti kekerasan fisik atau mental. Not me menggambarkan aspek yang dipisahkan dari self dan disertai dengan emosi unkani (uncanny) atau emosi yang mengerikan dan berbahaya. Not me tidak pernah diintegrasikan ke dalam kepribadian, dan tetap dipertahankan sebagai sistem terpisah, yang bagi orang normal kadang muncul dan dianggap “mimpi buruk.” Sedang orang yang menderita gangguan mental yang serius, mungkin berhadapan dengan bukan saya sebagai sesuatu yang sangat nyata.
c.    Sistem Self (Self-System)
Sistem self adalah pola tingkahlaku yang konsisten yang mempertahankan keamanan interpersonal dengan menghindari atau mengecilkan kecemasan. Sistem ini mulai berkembang pada usia 12-18 bulan, usia ketika anak mulai belajar tingkahlaku mana yang berhubungan─meningkatkan atau menurunkan─kecemasan.
Ketika sistem self mulai berkembang, orang mulai membentuk gambaran diri atau personifikasi diri yang konsisten. Setiap pengalaman interpersonal yang dipandang bertentangan dengan sistem dirinya berarti mengancam keamanan diri. Dampaknya, orang berusaha mempertahankan diri melawan tegangan interpersonal itu memakai operasi keamanan (security operation); suatu proses yang bertujuan untuk mereduksi perasaan tidak aman atau perasaan akibat dari ancaman terhadap sistem self. Beberapa macam sistem keamanan yang dipakai sejak usia bayi antara lain:
1. disosiasi, adalah mekanisme menolak impuls, keinginan dan kebutuhan muncul ke kesadaran. Disosiasi tidak hilang, tapi ditekan ke ketidaksadaran dan mempengaruhi tingkahlaku serta kepribadian dari sana.
2.inatensi, yaitu memilih mana pengalaman yang akan diperhatikan dan yang tidak perlu diperhatikan. Terhadap pengalaman yang mengancam personifikasi diri, orang dapat berpura-pura tidak merasakannya.
3.apati dan pertahanan dengan tidur (somnolent detachment), mirip dengan inatensi. Pada apatis, bayi tidak memilih objek mana yang harus diperhatikan, semuanya diserahkan pada pihak luar. Pada pertahanan tidur, bayi tidak perlu memperhatikan stimulasi manapun.
4. Proses Kognitif (Cognitive Process)
Menurut Sullivan, proses atau pengalaman kognitif dapat dikelompokkan menjadi tiga macam;
1.prototaxis (prototaksis), adalah rangkaian pengalaman yang terpisah-pisah yang dialami pada bayi, dimana arus kesadaran (penginderaan, bayangan, dan perasaan) mengalir ke dalam jiwa tanpa pengertian “sebelum” dan “sesudah.” Semua pengetahuan bayi adalah pengetahuan saat itu, di sini dan sekarang.
2.parataxis (parataksis). Sekitar awal tahun kedua, bayi mulai mengenali persamaan-persamaan dan perbedaan peristiwa, disebut pengalaman parataksis atau asosiasi.
3.syntaxis (sintaksis), adalah berpikir logis dan realistis, menggunakan lambang-lambang yang diterima bersama-sama, khususnya bahasa-kata-bilangan.
Tiga model pengalaman kognitif itu terjadi sepanjang hayat. Normalnya, sintaksis mulai mendominasi sejak usia 4-10 tahun.
Dinamika Kepribadian
Sullivan memandang kehidupan manusia sebagai sistem energi, yang perhatian utamanya adalah bagaimana menghilangkan tegangan yang ditimbulkan oleh keinginan dan kecemasan. Energi dapat terwujud dalam bentuk-bentuk di bawah ini;
a.    Tegangan (Tension)
Tension adalah potensi untuk bertingkahlaku yang disadari atau tidak disadari. Sumber tegangan tersebut ada dua;
1. kebutuhan (needs)
Kebutuhan yang pertama muncul adalah tegangan yang timbul akibat ketidak seimbangan biologis dalam diri individu. Kebutuhan ini dipuaskan dengan mengembalikan keseimbangan. Kepuasannya bersifat episodik, sesudah memperoleh kepuasan tegangan akan menurun/hilang, namun setelah lewat beberapa waktu akan muncul kembali. Kebutuhan yang muncul kemudian berhubungan dari hubungan interpersonal. Kebutuhan interpersonal yang terpenting adalah Kelembutan kasih sayang (tenderness). Kelembutan kasih sayang adalah kebutuhan yang umum bagi setiap orang seperti halnya kebutuhan oksigen, makan, dan air. Kebalikannya adalah kebutuhan khusus yang muncul dari bagian tubuh tertentu (oleh Freud disebut “erogenic zone.  Kebutuhan biologis juga dapat dipuaskan melalui transformasi energi yakni; kegiatan fisik-tingkahlaku, atau kegiatan mental mengamati, mengingat dan berpikir. Memuaskan kebutuhan dapat menghilangkan tension, sedangkan kegagalan memuaskan need yang berkepanjangan bisa menimbulkan keadaan apathy (kelesuan), yaitu bentuk penundaan kebutuhan untuk meredakan ketegangan secara umum.
2. kecemasan (anxiety)
Menurut Sullivan, kecemasan merupakan pengaruh pendidikan terbesar sepanjang hayat, disalurkan mula-mula oleh pelaku keibuan kepada bayinya. Jika ibu mengalami kecemasan, akan dinyatakan pada wajah, irama kata, dan tingkahlakunya. Proses ini oleh Sullivan dinamakan empati. Biasanya bayi menangani kecemasannya dengan operasi keamanan, bisa pertahanan tidur atau somnolent detachment (bayi menolak berhubungan dengan pemicu kecemasan dengan cara tidur), menyesuaikan tingkahlakunya dengan kemauan dan tuntutan orang tua, dan atau dengan memilih mana yang harus tidak diperhatikan (selective inattention)─menolak menyadari stimulus yang mengganggu. Tension karena kecemasan ini unik, berbeda dengan tension lain dalam hal kecenderungannya untuk bertahan tetap dalam kecemasan dengan segala kerusakan yang diakibatkannya. Kalau tegangan lain menghasilkan tingkahlaku untuk mengatasinya, kecemasan justru menghasilkan tingkahlaku yang menghambat agar orang tidak belajar dari kesalahannya, terus-menerus menginginkan rasa aman yang kekanak-kanakan, dan membuat orang tidak belajar dari pengalamannya sendiri.
b. Transformasi Energi (Energy Transformation)
Tegangan yang ditransformasikan tingkahlaku, baik tingkahlaku yang terbuka maupun tertutup, disebut transformasi energi. Tingkahlaku yang ditransformasi itu meliputi gerakan yang kasatmata, dan kegiatan mental seperti perasaan, pikiran, persepsi, dan ingatan. Bentuk-bentuk kegiatan yang dapat mengurangi tegangan me-nurut Sullivan dipelajari dan ditentukan oleh masyarakat tempat orang itu dibesarkan.

3.Tahap  Perkembangan Kepribadian
Periode
Orang Penting
Proses Interpersonal
Pencapaian Utama
Perkembangan Negatif
Infancy
0-1,5
Lahir-berbicara
Pemeran Keibuan
Kelembutan kasih sayang
Awal mengorganisasi pengalaman, belajar memuaskan beberapa kebutuhan diri
Rasa aman beroperasi melalui aparthy dan somnolent detachment
Childhood
1,5-4
Berbicara-hubungan sebaya
Orang tua
Melindungi rasa aman melalui imaji teman sebaya
Belajar melalui identifikasi dengan orang tua; belajar sublimasi mengganti suatu kepuasan dengan kepuasan yang lain
Perfomansi as if, rasionalisasi preokupansi transformasi jahat
Juvenile
4-8/10
Hubungan sebaya-chum
Teman bermain seusia
Orientasi menuju kehidupan sebaya
Belajar bekerja sama dan bersaing dengan orang lain, belajar berurusan dengan figur otoritas
Stereotip
Ostrasisme
Disparajemen
Pra-adolesen
8/10-12
Chum-pubertas awal
Chum tunggal
Intimasi
Belajar mencintai orang lain seperti atau melebihi mencintai diri sendiri
Loneliness
Adolesen Awal
12-16
Pubertas-Seks mantap
Chum jamak
Intimasi dan nafsu seks ke orang yang berbeda
Integrasi kebutuhan Intimasi dengan kepuasan seksual
Pola tingkahlaku seksual yang tidak terpuaskan
Adolesen Akhir
16-20
Seks mantap
Tanggung jawab sosial
Kekasih
Menggabung Intimasi dengan nafsu
Integrasi ke dalam masyarakat dewasa,
self-respect
Personifikasi yang tidak tepat
Keterbatasan hidup
Maturity
20 <


Konsolidasi pencapaian setiap tahap

Tahap Pertama:. Bayi (Infancy); Lahir-Bisa Berbicara (0-18 Bulan)

Perhatian utama bayi adalah makan, sehingga obyek pertama yang menjadi pusat perhatiannya adalah puting susu ibu (atau puting botol) yang kemudian menimbulkan paling tidak tiga image, sesuai pengalaman bayi dengan puting itu;
1.puting bagus (good nipple), puting yang lembut penuh kasih sayang dan menjanjikan kepuasan fisik
2.bukan puting (not-nipple), puting yang salah karena tidak mengeluarkan air susu
3.puting buruk (bad nipple), puting dari ibu yang cemas, tidak memberi kasih sayang dan kepuasan fisik.
4. Ciri-ciri tahap perkembangan
Pengalaman makan itu akan membentuk personifikasi ibu yang menjadi faktor penentu dalam pembentukan personifikasi diri. Ciri-ciri penting perkembangan
Tahap pertama, pada masa bayi menurut Sullivan:
1. timbulnya dinamisme apati, pertahanan tidur, disosiasi, dan inatensi
2. peralihan dari prototaxis ke parataxis
3. organisasi personifikasi-personifikasi, baik personifikasi ibu maupun diri sendiri
4. organisasi pengalaman melalui belajar dan munculnya dasar-dasar sistem diri
5. diferensiasi tubuh bayi sendiri, mengenal dan memanipulasi tubuh
6. belajar bahasa, dimulai dengan bahasa autisme
7. belajar melakukan gerakan terkoordinasi, melibatkan mata, tangan, mulut, dll.
Tahap Kedua: Anak (Childhood); Bisa Mengucap Kata-Butuh Kawan Bermain (1,5-4 Tahun)
Tahap anak dimulai dengan perkembangan bicara dan belajar berpikir sintaksis, serta perluasan kebutuhan untuk bergaul dengan kelompok sebaya. Anak mulai belajar menyembunyikan tingkahlaku yang diyakininya bisa menimbulkan kecemasan atau hukuman seperti dengan rasionalisasi (memberi alasan palsu) mengenai segala hal yang telah mereka kerjakan atau sedang mereka rencanakan. Mereka memiliki tampilan seolah-olah (as if performance), yakni:
1. dramatisasi (dramatization): permainan peran seolah-olah dewasa, belajar meng-identifikasikan diri dengan orang tuanya.
2. bergaya sibuk (preoccupation): anak belajar konsentrasi pada satu kegiatan yang membuat mereka bisa menghindari sesuatu yang menekan dirinya.
3. transformasi jahat (malevolent transformation): perasaan bahwa dirinya hidup di tengah-tengah musuh, sehingga hidupnya penuh rasa kecurigaan dan ketidak percayaan bahkan sampai tingkahlaku yang paranoid.
4. sublimasi taksadar (unwitting sublimation): mengganti sesuatu atau aktifitas (taksadar atau unwitting) yang dapat menimbulkan kecemasan dengan aktifitas yang lebih dapat diterima secara sosial.
Masa anak ditandai dengan emosi yang mulai timbal balik, anak disamping menerima juga bisa memberi kasih sayang. Masa anak juga ditandai dengan akulturasi yang cepat. Disamping menguasai bahasa, anak belajar pola kultural dalam kebersihan, latihan toilet, kebiasaan makan, dan harapan peran seksual.
Tahap Ketiga:
Remaja Awal (Juvenile); Usia Sekolah-Berkeinginan Bergaul Intim (4-8/10 Tahun)
Perkembangan penting dalam tahap ini adalah loncatan sosial ke depan, anak belajar kompetisi, kompromi, kerjasama, dan memahami makna perasaan kelompok. Tahap ini juga ditandai dengan munculnya konsepsi tentang orientasi hidup, suatu rumusan atau wawasan tentang:
1. kecenderungan atau kebutuhan untuk berintegrasi yang biasanya memberi ciri pada hubungan antar pribadinya,
2. keadaan-keadaan yang cocok untuk pemuasan kebutuhan dan relatif bebas dari kecemasan,
3. tujuan-tujuan jangka panjang yang untuk mencapainya orang perlu menangguhkan kesempatan-kesempatan menikmati kepuasan jangka pendek.
Perkembangan negatif yang penting dalam tahap ini adalah:
1. prasangka (stereotype), yaitu meniru atau memakai personifikasi mengenai orang atau kelompok orang yang diturunkan antar generasi,
2. pengasingan (ostracism), adalah pengalaman anak diisolasi secara paksa, dikeluarkan/diasingkan dari kelompok sebaya karena perbedaan sifat individual dengan kelompok,
3. penghinaan (disparagement), berarti meremehkan atau menjatuhkan orang lain, yang akan berpengaruh merusak hubungan interpersonal pada usia dewasa.
Tahap Keempat:
Pre-adolesen (Preadolescence); Mulai Bergaul Akrab-Pubertas (8/10-12 Tahun)
Pre-adolesen ditandai oleh awal kemampuan bergaul akrab dengan orang lain bercirikan persamaan yang nyata dan saling memperhatikan. Mereka membutuhkan chum: teman akrab dari jenis kelamin yang sama, teman yang dapat menjadi tempat mencurahkan hati, dan bersama-sama mencoba memahami dan memecahkan masalah hidup. Tahap pre-adolesen ditandai oleh beberapa fenomena berikut:
1. orang tua masih penting, tapi mereka dinilai secara lebih realistic
2. mengalami cinta yang tidak mementingkan diri sendiri, dan belum dirumitkan oleh nafsu seks
3. terlibat kerjasama untuk kebahagiaan bersama, tidak mementingkan diri sendiri
4. kolaborasi chum, kalau tidak dipelajari pada tahap ini, akan membuat perkembangan kepribadian berikutnya akan terhambat
5. hubungan chum dapat mengatasi/menghilangkan pengaruh buruk simptom salah suai yang diperoleh dari perkembangan tahap sebelumnya.
Tahap Kelima: Adolesen Awal (Early Adolescence);
Pubertas-Pola Aktifitas Seksual yang Mantap (12-16 Tahun)
Perubahan fisik usia pubertas mengembangkan hasrat seksual (lust) pada periode awal adolesen. Banyak problem yang muncul pada periode ini merefleksikan konflik antar tiga kebutuhan dasar: keamanan (bebas dari kecemasan), keintiman (pergaulan akrab dengan seks lain) dan kepuasan seks. Kepuasan seksual bertentangan dengan operasi keamanan, karena aktifitas genital pada usia ini terlarang pada banyak budaya sehingga menimbulkan perasaan berdosa, malu, dan cemas. Keintiman bertentangan dengan keamanan, karena mengubah keintiman dari sesama jenis menjadi keintiman dengan jenis kelamin pasangan akan menimbulkan perasaan takut, ragu-ragu, dan kehilangan harga diri yang semuanya akan meningkatkan kecemasan. Keintiman bertentangan dengan kepuasan seksual, mereka kesulitan mengombinasikan Intimasi dengan kepuasan seksual untuk diarahkan pada satu orang paling tidak karena empat alasan:
1. banyak adolesen yang melakukan sublimasi terhadap dorongan genitalnya, untuk mencegah penggabungan dorongan seks dengan intimasi,
2. dorongan genital yang sangat kuat dapat dipuaskan melalui masturbasi atau hubungan seks tanpa intimasi,
3. masyarakat membagi objek seksual menjadi dua, “baik” dan “buruk,” sedang remaja selalu memandang “baik,”
4. alasan kultural, orang tua, guru, dan otoritas lainnya melarang keintiman dengan seks yang sama karena takut terjadi homoseksualitas, namun mereka juga melarang intimasi dengan lawan jenis karena takut dengan penyakit menular seksual, kehamilan, atau kawin dini.
Tahap Keenam: Adolesen Akhir (Late Adolescence);
Kemantapan Seks-Tanggung Jawab Sosial (16-Awal 20an)
Tahap ini ditandai dengan pemantapan hubungan cinta dengan satu pasangan. Tapi menurut Sullivan, perkembangan luar biasa tinggi dalam hubungan cinta dengan orang lain bukan tujuan utama kehidupan, namun sekedar sumber utama kepuasan hidup. Jika orang masuk pada tahap ini dengan inflasi sistem-self, menghadapi kecemasan di banyak aspek kehidupan, mereka bisa mengalami beberapa masalah seperti personifikasi yang tak tepat (inaccurate personification) dan berbagai jenis keterbatasan hidup (restrictions of living) yang meliputi pandangan tidak realistic mengenai diri sendiri, pandangan mengenai orang lain yang stereotip, serta tingkahlaku menolak kecemasan yang merusak kebebasan seseorang. Pencapaian akhir tahap ini adalah self-respect, yang menjadi syarat untuk menghargai orang lain.
Tahap Ketujuh: Kemasakan (Maturity)
Orang dewasa yang masak hendaknya sudah belajar memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang penting; bekerjasama dan berkompetisi dengan orang lain, mempertahankan hubungan dengan orang lain yang memberi kepuasan intimasi dan seksual; dan berfungsi secara efektif di masyarakat tempat dia berada.
5.  Aplikasi
Gangguan Mental
Menurut Sullivan, semua gangguan mental berasal dari cacat hubungan interpersonal dan hanya dapat dipahami melalui referensi lingkungan sosial orang itu. Sullivan banyak menangani schizophrenia yang dia bedakan menjadi dua; schizophrenia yang menunjukkan simptom organik dan schizophrenia yang disebabkan faktor sosial. Schizophrenia kedua inilah yang perubahan dan perbaikannya dilakukan melalui psikiatri interpersonal.

 
BAB III
P E N U T U P


A.      KESIMPULAN
Karen Horney membuat kontribusi yang signifikan terhadap humanisme, self-psikologi, psikoanalisis, dan psikologi feminin. Bantahan terhadap teori Freud tentang perempuan yang dihasilkan lebih tertarik pada psikologi perempuan. Horney juga percaya bahwa orang dapat bertindak sebagai terapis mereka sendiri, menekankan peran pribadi setiap orang memiliki dalam kesehatan mental mereka sendiri dan mendorong analisis-diri dan self-help.
Kesimpulan teori kepribadian Sullivan:
Tensions (potensi untuk mengambil tindakan)
Needs (konjungtif; needs membantu mengintegrasikan kepribadian)
General needs (memfasilitasikan kesejahteraan keseluruan seseorang)
Interpersonal (Tenderness, intimacy, love)
Physiological (makanan, oksigen, air, dan seterusnya)
Zonal needs (bisa juga memuaskan general needs)
Oral
Genital
Manual
Anxiety (disjungtif; menghalangi pemuasan need)
Energy Transformations (tindakan Overt atau covert yang dilakukan untuk memuaskan need atau mengurangi anxiety. Beberapa energy transformations menjadi pola perilaku relatif konsisten yang disebut dinamisme)
Dynamism (sifat atau pola perilaku)
Malevolence (perasaan hidup di negara musuh)
Intimacy (Pengalaman terintegrasi yang ditandakan oleh relasi pribadi yang dekat dengan orang lain yang kurang lebih memiliki status yang sama)
Lust (sebuah dinamisme isolating yang dikarakterisasikan oleh ketertarikan seksual impersonal dengan orang lain)
Levels of Cognition (cara untuk mengalami, membayangkan dan mengarang)
Prototaxic (pengalaman yang tidak terdifferensiasikan yang sangat personal)
Parataxic (pengalaman pralogis yang dikomunikasikan dengan orang lain dengan cara yang terdistorsi)
Syntaxic (pengalaman yang divalidasikan secara konsensual yang bisa secara akurat dikomunikasikan dengan orang lain)



B.       SARAN
Karen Horney memiliki beberapa ide yang lebih menarik yang harus disebutkan. Pertama, ia mengkritik gagasan Freud iri penis. Meskipun dia mengakui bahwa hal itu kadang-kadang terjadi pada wanita neurotik, ia merasa bahwa itu tidak berada di dekat ke universal. Dia menyarankan bahwa apa yang mungkin tampak tanda-tanda iri penis benar-benar iri dibenarkan kekuasaan laki-laki di dunia ini.
Ide kedua, yang masih mendapat sedikit rasa hormat di masyarakat psikologis, adalah analisis diri. Horney menulis salah satu yang paling awal buku "self-help", dan menyarankan bahwa, dengan masalah-masalah neurotik relatif kecil, kita bisa psikiater kita sendiri. Anda dapat melihat bagaimana ini bisa mengancam beberapa ego halus yang membuat mahlukmahluk mereka sebagai terapis! Saya selalu terkejut dengan reaksi negatif beberapa rekan saya harus orang-orang seperti Joyce Brothers, psikolog kolumnis-terkenal. Rupanya, jika Anda tidak bekerja dalam pedoman resmi, pekerjaan Anda adalah diberhentikan sebagai "psikologi pop."
Komentar negatif utama saya mungkin membuat sekitar Horney adalah bahwa teori dia adalah terbatas pada neurotik.Selain meninggalkan keluar psikotik dan masalah lainnya, dia meninggalkan keluar orang yang benar-benar sehat.Namun demikian, karena dia tidak meletakkan neurosis dan kesehatan pada sebuah kontinum tunggal, dia neurotik dalam diri kita semua.



DAFTAR PUSTAKA
Feist J. Gregory. 2011. Teori Kepribadian/Jess Feist. Jakarta : Salemba Humanika
Dirgagunarsa, Singgih. (1978)  Pengantar Psikologi .  Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Farozin, H. M. Dan Fathiyah, Kartika Nur. (2004)  Pemahaman Tingkah Laku . Jakarta : Rineka Cipta.  
Heuken, Adolf S.J. (1979)  Tantangan Membina Kepribadian : Pedoman Mengenal Diri . Kanisius : Yogyakarta.  
Koeswara, E.  (2001)  Teori-teori Kepribadian . Bandung Eresco.











Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH ATRIBUSI

MAKALAH HIERARKI KEBUTUHAN MASLOW